Advertisement
Komunitas Jogja 90s Mengabadikan Musik Masa Tahun 1990-an
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Konon, setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Namun di komunitas ini, mereka mencoba mengabadikan musik di masa-masa 90-an.
Sekitar Maret 2023, salah satu teman Yosi Bintang sakit kanker. Satu sakit, semua merasakan deritanya. Kabar sakitnya teman kemudian menyebar ke jaringan para musisi yang tumbuh dan besar di era 1990-an. Yosi beserta teman-teman kembali berkomunikasi. Tujuan utamanya untuk membantu si teman yang kanker tersebut.
Advertisement
Sebagai musisi, cara membantu yang paling cocok dengan menggelar konser donasi. Mereka membentuk WhatsApp Group (WAG) untuk memudahkan koordinasi. Setelah semua persiapan rampung, konser berlangsung di Menara Coffee, cafe dekat Gereja Kotabaru yang saat ini sudah berpindah.
Ada sekitar 15 band yang manggung, dengan masing-masing membawakan tiga atau empat lagu. “Itu menjadi ajang reuni, bahkan yang sudah bekerja dan tinggal di luar negeri pada pulang ke Jogja, ikut manggung. Itu menjadi ajang pertama kali reunian antar band, band dengan massanya, serta antar penonton [era 90-an] yang jarang ketemu,” kata Yosi, Sabtu (23/11/2024).
Acara dari siang sampai malam. Total penonton yang keluar masuk café mencapai seribu orang. Total donasi mencapai Rp60 juta, yang 100% disalurkan kepada teman yang sakit kanker tersebut. Meski tujuan utama konser sudah rampung, WAG tetap bertahan, tidak dibubarkan.
“Akhirnya grup itu jangan dibubarkan, karena manfaatnya baik. Barulah dari situ kami bikin Komunitas Jogja 90’s, di sana terdiri dari musisi-musisi tahun 90-an di Jogja,” katanya.
Reuni Dua Bulanan
Acara pertama menjadi semacam pemantik untuk kemudian Komunitas Jogja 90’s rutin mengadakan konser. Saat ini, setiap dua bulan sekali, mereka mengadakan intimate concert. Semangatnya masih sama, untuk silaturahmi sekaligus mengumpulkan donasi.
Setidaknya sudah empat kali konser berlangsung. Temanya juga berbeda-beda. Pernah ada tema menyanyikan lagu 90-an dari Barat, Indonesia, hingga Radio Hits. Lokasi acara berlangsung di Djoyo Kitchen, Sleman.
“Cara kami mengumpulkan donasi dengan penjualan merchandise, enggak buka kotak donasi. Modelnya buat merchandise karena rasa kepedulian. Kami juga dapet dari sponsorship, yang sebagiannya masuk sebagai donasi,” kata Yosi, yang merupakan Ketua Komunitas Jogja 90’s.
Setiap konser rutin, orang yang datang bisa ratusan. Rata-rata dalam sekali acara bisa menggaet 300 orang. Bagi yang belum berkesempatan hadir secara langsung, mereka juga tetap bisa berdonasi.
Hasil donasi sejauh ini untuk membantu teman musisi yang sedang sakit, baik kepada individunya langsung, atau melalui keluarganya. “Alhamdulillah sudah disalurkan ke beberapa temen musisi dan keluarga musisi yang membutuhkan,” katanya.
Dari beragam acara Komunitas Jogja 90’s, beberapanya viral di media sosial. Hal itu kemudian membawa komunitas mendapat kesempatan tampil di beberapa acara. Mereka sempat tampil di Candiloka dan Ngayogjazz 2024. Tahun depan, mereka akan tampil di Prambanan Jazz. “Komunitas punya masa yang lumayan kuat,” kata Yosi.
Ada Sentuhan Orisinalitas
Setidaknya ada satu kekhasan musik yang lahir di era 90-an. Menurut Yosi, teknologi di era tersebut belum semaju sekarang. Belum marak Spotify atau YouTube. Dampaknya, referensi bermusik masih terbatas. Hasil baiknya, para musisi di zaman itu kemudian ‘terpaksa’ menciptakan lagu-lagu yang orisinal.
“Lagu-lagunya masih banyak yang orisinal, makanya bisa long lasting. Sekarang referensinya sudah banyak, akhirnya lagunya tercampur sana-sini, ada part yang sama,” kata Yosi.
Maka tidak heran, lagu-lagu yang lahir di era 90-an masih banyak beredar hari ini. Meski para musisi di Komunitas Jogja 90’s usianya rata-rata 40-an tahun, namun semakin ke sini, banyak juga Generasi Z yang bergabung. Pengetahuan mereka tentang musik 90-an tidak kalah banyak.
“Kemarin kami main musik bareng temen anak saya di Ngayogjazz, usianya 20-an tahun. Sekarang trend lagu-lagu 90-an naik lagi,” katanya.
Dengan adanya komunitas, bisa menjadi jembatan orang-orang yang senang dan ingin mengulik musik di era 90-an. Komunitas juga menjadi tempat berjejaring antar musisi lama dan baru. Tidak jarang Eross Chandra (gitaris Sheila on 7) atau Pongki Barata (personel The Dance Company dan mantan vokalis Jikustik) turut berkumpul di komunitas. “Orang yang susah ketemu Eros di hari-hari biasa, bisa kami kenalkan, membentuk network,” kata Yosi.
Bukan Tempat Mencari Uang
Ikatan para Komunitas Jogja 90’s berasal dari kesamaan profesi musisi. Saat ini, masih banyak yang masih aktif sebagai musisi, baik bermain di café atau lainnya. Para anggota juga memiliki profesi lain dari pengusaha hingga pegawai negeri sipil.
Dari ragam kegiatan ini, setiap acara konser donasi, seakan menjadi ajang reuni. Awalnya memang untuk membantu teman yang sedang sakit. Namun ke depan, tidak menutup ruang donasi berkembang ke sektor lain. “Bisa saja ke depan masuk ke ranah pendidikan atau bencana alam,” kata Yosi.
Yosi berharap komunitasnya bisa semakin berkembang. Lantaran selera yang sama akan musik era 90-an tidak hanya di Jogja, komunitas serupa bisa muncul di kota atau kabupaten lain. Selama tujuannya baik, dengan menggelar acara dan bermanfaat untuk orang banyak, maka komunitas akan terus berkarya.
“[Di sini] bukan tempat untuk mencari uang, tapi membantu orang lain. Cari uangnya sudah punya ruang masing-masing,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anggaran Makan Gergizi Gratis Rp10.000 per Porsi, Istana Yakin Cukup
Advertisement
Lima Satwa Berbagai Spesies Lahir di Beberapa Taman Safari di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
- PAK-SIJI DIY Kukuhkan Pengurus Baru, Tekankan Pentingnya Integritas dan Pencegahan Gratifikasi
- Minat Warga Manfaatkan Layanan Kependudukan di Bantul Saat Pilkada Minim
- Kolaborasikan Pemerintah, Akademisi dan Media, Kuatkan Upaya Mitigasi Bencana
- 612 Pelajar Sleman Menerima Bantuan PIP
- Pemkot Jogja Anggarkan Rp90 Miliar di 2025 untuk Program Makan Bergizi Gratis
Advertisement
Advertisement