Gerakan Aksi Bergizi Jadi Langkah Dinkes Jogja Turunkan Angka Stunting
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja terus berupaya untuk menekan angka prevalensi stunting. Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Jogja Aan Iswanti mencatat angka stunting di Kota Jogja hingga bulan November lalu mencapai 11,18 persen. Angka ini berada di bawah target yang dipasang sepanjang 2024 yakni sebesar 12 persen.
Sementara pada tahun 2023, prevalensi stunting mencapai 11,8 persen. Artinya, angka stunting di Kota Jogja hingga akhir November 2024 ini masih lebih rendah jika dibanding tahun lalu.
Advertisement
Aan menjelaskan berbagai upaya dilakukan untuk menekan angka prevalensi stunting. Tak hanya pada balita saja, upaya intervensi ini ditempuh dengan menyasar pada segala usia. Mulai dari remaja, ibu hamil, hingga anak di bawah dua tahun.
Dia menjelaskan sejauh ini Dinkes Kota Jogja telah menggalakkan program Aksi Bergizi. Lewat program ini, Dinkes mencoba mencegah stunting dengan masuk ke tingkat sekolah. Aksi Bergizi mengajak siswa untuk melakukan aktivitas fisik bersama-sama. Setelah itu, siswa menyantap sarapan pagi dengan menu yang bergizi. Selanjutnya, bagi siswa putri akan diminta untuk mengonsumsi tablet tambah darah. Sebab, tak jarang kasus stunting berawal dari ibu yang mengalami anemia sehingga ini menjadi persiapan remaja putri sebelum menikah dan hamil.
BACA JUGA: BBPOM di Yogyakarta Intensifkan Pengawasan Pangan Menjelang Libur Natal dan Tahun Baru
"Kalau bicara intervensi tidak hanya pada balita saja tapi mulai kita siapkan dari remaja putrinya Nanti balitanya pun juga sesuai dengan status gizinya masing-masing," ujar Aan saat ditemui di Kantor Dinkes Kota Jogja, Kamis (18/12/2024).
Selain menggencarkan Gerakan Aksi Bergizi, Dinkes Kota Jogja juga memberikan makanan tambahan. Tahun ini bahkan anggaran untuk pemberian makanan tambahan mencapai Rp 3,2 milyar. Aan menjelaskan makanan tambahan tak hanya diberikan kepada balita yang mengalami gejala stunting. Namun, juga bagi ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK).
Deteksi dini stunting dimulai di tingkat posyandu. Ketika nantinya ditemui anak dengan tinggi badan dan berat badan di bawah standar, maka selanjutnya anak akan dirujuk ke Puskesmas. Jika masih tak bisa ditangani di Puskesmas, anak akan kembali di rujuk ke salah satu dari dua rumah sakit rujukan stuntingn di Kota Jogja, yakni di RS Pratama dan RS DKT Dr Soetarto. Saat ditanya terkait dengan anggaran yang akan digelontorkan untuk penanganan stunting pada 2025, Aan belum bisa menjawab dengan detail.
"Kami masih melaksanakan program yang selama ini masih kami laksanakan," ungkapnya.
Sementara itu, Aan memastikan pihaknya menyambut baik program makan siang bergizi gratis yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Namun, Aan mengaku belum mengetahui bagaimana pelaksanaan program itu secara terperinci. Termasuk sekolah mana saja yang akan menjadi sasaran dan berapa anggarannya. Saat ditanya seberapa besar peran program makan siang bergizi gratis terhadap penurunan angka stunting di Kota Jogja, Aan juga mengatakan beum ada kajian secara lebih lanjut.
"Kami masih menunggu instruksi lanjutan terkait program tersebut," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Diperiksa Sebagai Saksi terkait Kasus Judi Online, Budi Are:Berhenti Memfitnah dan Memframing
Advertisement
Targetkan 700 Ribu Kunjungan, Taman Pintar Hadirkan Zona Planetarium dan Dome Area
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY, Kamis 19 Desember 2024 di Kalurahan Condongcatur
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Kamis 19 Desember 2024
- Yayasan Bait Suci Kemah Kesaksian Mengajak Umat Menciptakan Perdamaian Dunia
- Jadwal KA Prameks dari Stasiun Tugu Jogja hingga Kutoarjo, Kamis 19 Desember 2024
- Komisi B DPRD Sleman Cek Persiapan Libur Natal dan Tahun Baru di Kaliurang
Advertisement
Advertisement