Advertisement
Pakar Ekonomi Ungkap Dampak Krisis Etika Terhadap Perilaku Bisnis di Indonesia

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Krisis etika yang terjadi di Indonesia bisa berdampak terhadap perilaku bisnis. Aktivitas bisnis menjadi tidak sehat. Oleh karena itu perlu ada solusi pendidikan dalam upaya menghasilkan generasi yang beretika.
Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pemasaran UII Profesor Anas Hidayat mengatakan persoalan etika ini semakin miris di tengah masyarakat, karena konsekuensinya semakin banyak ketidakadilan dipertontonkan. Fakta empiris menujukkan dinamika ekonomi kapitalis telah meningkatkan kesenjangan antara perusahaan besar dan pelaku bisnis kecil.
Perusahaan multinasional atau saat ini populer istilah oligarki sering kali memiliki keunggulan besar dalam hal sumber daya dan pengaruh, memungkinkan mereka mendominasi pasar dan memperburuk ketimpangan ekonomi. Dalam konteks ini, muncul dilema etis terkait distribusi kekayaan.
Advertisement
BACAJUGA : Mengenal Teori Indeks Lipstik dan Ramalan Resesi Ekonom
"Perusahaan besar mestinya dapat memainkan peran dalam menciptakan ekonomi yang lebih inklusif tanpa mengorbankan daya saing mereka. Akhirnya muncul moral dilema, maukah mereka memberikan manfaat merata kepada berbagai kelompok masyarakat tanpa mengurangi daya saing perusahaan di pasar? Karena bisnis kapitalistik sangat oportunis, praktik korupsi tetap menjadi tantangan serius di banyak negara termasuk Indonesia, terutama dalam interaksi antara sektor swasta dan publik," katanya dalam pidato pengukuhan guru besar di UII, Selasa (11/2/2025).
Ia menambahkan perusahaan sering kali dihadapkan pada tekanan untuk terlibat dalam praktik tidak etis, seperti suap, demi memenangkan kontrak atau mengamankan izin. Tantangan ini menimbulkan pertanyaan penting akan sangat sulit perusahaan dapat memastikan transparansi dalam tata kelola mereka di lingkungan yang secara sistemik tidak mendukung
integritas.
"Sehingga ada anekdot di tengah masyarakat: jujur ajur, sebuah istilah ini pernah ditulis oleh Ronggowarsito dalam tulisannya yang disebut Ramalan Ronggowarsito, yang ditulis berdasarkan pengalaman dan kenyataan sosial politik yang terjadi saat itu. Mungkinkah ramalan ini sudah terjadi saat ini? ," ucapnya.
Dalam kondisi ini, lanjutnya, pendidikan seharusnya menjadi penjaga nilai, mencetak insan manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga beradab, bermoral dan mampu menjadi teladan bagi masyarakat. Sebagai solusi, banyak pihak melihat pendidikan barat sebagai model yang perlu diadopsi.
Harus diakui, strategi pendidikan Barat memiliki keunggulan dalam membangun kemampuan berpikir kritis, kemandirian, dan pengambilan keputusan yang matang. Meski ada perbedaan mendasar antara nilai-nilai barat dan timur. Budaya barat yang berorientasi pada individualisme, kompetisi, dan rasionalitas sering kali berbenturan dengan budaya timur yang
menekankan kolektivisme, keteladanan, dan spiritualitas.
BACA JUGA : Anggota DPR Rieke Diah Pitaloka Minta Rencana Kenaikan PPN 12 Persen Dibatalkan
"Perbedaan ini bukanlah hambatan, tetapi justru peluang untuk menciptakan pendidikan yang mengintegrasikan keunggulan keduanya. Strategi pendidikan Barat yang menekankan kemampuan berpikir kritis, inovatif, dan eksploratif, dapat diselaraskan dengan nilai-nilai Timur yang berbasis adab, kebijaksanaan, dan spiritualitas. Pendidikan adalah kunci untuk membangun peradaban yang beradab," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Taman Wisata Candi Siapkan Atraksi Menarik Selama Liburan Lebaran 2025, Catat Tanggalnya
Advertisement
Berita Populer
- BPBD Kulonprogo Ungkap Penyebab Banjir yang Rendam Ratusan Rumah di Wilayahnya
- Jelang Malam Takbiran Polres Bantul Razia Miras, Ini Hasilnya
- Dampak Cuaca Ekstrem, Sejumlah Objek Wisata di Bantul Tutup Sementara
- Cegah Takbir Keliling Liar & Kemacetan, Polresta Jogja Siapkan Penyekatan
- BPBD Kulonprogo Pastikan Kesiapan Mitigasi Bencana Selama Libur Lebaran
Advertisement
Advertisement