Advertisement

Festival Lomba Takbir di Tridadi Jadi Ruang Berdakwah dan Berkesenian

Andreas Yuda Pramono
Senin, 31 Maret 2025 - 00:37 WIB
Sugeng Pranyoto
Festival Lomba Takbir di Tridadi Jadi Ruang Berdakwah dan Berkesenian zimbra

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN--Pemuda Muhammadiyah Tridadi, Kabupaten Sleman menggelar Festival Lomba Takbir Keliling di Lapangan Pemerintah Daerah (Pemda) Sleman, Minggu (30/3/2025). Festival ini menjadi ruang bagi anak muda untuk berdakwa secara lentur melalui kesenian.

Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Tridadi, Setyo Suparwanto, mengatakan festival yang diinisiasi Ranting Muhammadiyah Tridadi tersebut telah digelar sejak tujuh tahun lalu.  Kata Setyo, tujuan dari festival adalah dakwah.

Advertisement

Meski diselenggarakan oleh Muhammadiyah, panitia membuka festival ini untuk umat Islam secara umum. Peserta berasal dari sebelas masjid di Kalurahan Tridadi. Tiap masjid mengusung tema berbeda-beda. “Mulai tahun ini, kami sudah mencoba panitianya dari pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Pemuda dan pemudi ini berkolaborasi untuk estafet penerus,” kata Setyo ditemui di Lapangan Pemda Sleman, Minggu.

Ketua Panitia Pelaksana Festival Takbir Keliling, Puguh Dwi Wicaksono Sidiq, mengatakan peserta bebas membawakan tema sesuai ide dan kreativitas masng-masing tanpa perlu menginduk ke tema besar Bersatu Dalam Takbir, Kuat Dalam Ukuwah.

Persiapan yang panitia lakukan sudah sejak 2 Maret 2025. Durasi per penampilan delapan menit. Dua menit digunakan untuk pemosisian penampil. “Kami berharap ada ide-ide kreatif muncul dari tiap masjid yang dapat menanamkan jiwa ke-Islami-an dan menjaga guyub rukun masjid masing-masing. Kebanyakan anak muda yang mengurus kan, jadi nilai gotong royong perlu sekali. Generasi muda yang memahami sosial dan budaya juga kami harap tumbuh,” kata Puguh.

Salah satu peserta berasal dari Masjid Nurul Hidayah di Padukuhan Jaban. Koordinator Takbir Padukuhan Jaban, Fauzi Nur Rohman, mengatakan pentas yang dia bawakan mengusung tema Perang Azab Antara Kaum Muslimin dan Quraisy. “Kaum muslimin diselamatkan angin puting beliung yang menewaskan kaum Quraisy. Dari dulu kami memang mengusung tema perang dari Al-Qur’an,” kata Fauzi.

BACA JUGA : Prabowo, SBY, Jokowi, dan Gibran Bakal Salat Id Bersama

Fauzi mengaku persiapan dilakukan sebelum bulan Ramadan, seperti pembuatan properti dan koreografi. Adapun persiapan musik dilakukan sepekan lebih awal. Mereka menggunakan instrumen gamelan dan elektrik, seperti bass, keyboard, drum, dan gitar. Kata dia, beberapa orang memulai latihan dari nol, karena memang tidak mempunyai basic memainkan alat musik.

“Pelantun nyanyian tadi juga pakai cengkok sinden. Kami lahir di Jawa dan kami Muslim. Jadi kami menggabungkan instrumen Jawa dan Arab. Kami padukan,” kata Fauzi.

Fauzi menambahkan ada 150 peserta takbir dari Masjid Nurul Hidayah. Ratusan peserta ini berlatih selama sebulan. Mereka berlatih setelah salat tarawih hingga pukul 23.00 WIB dan 00.00 WIB.

Anggaran yang mereka gunakan untuk mempersiapkan takbir mulai dari sewa truk hingga pakaian berasal dari uang patungan sukarela warga satu padukuhan. Biaya yang mereka keluarkan mencapai Rp9 juta. “Dibandingkan dengan tahun lalu, khusus musik, sekarang temponya lebih cepat musik yang kami bawakan,” katanya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ojol Hanya Peroleh BHR Rp50.000, Wamenaker Emosi

News
| Selasa, 01 April 2025, 22:17 WIB

Advertisement

alt

Dusun Mlangi dan Jejak Islam di Jogja

Wisata
| Minggu, 23 Maret 2025, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement