Advertisement
Pasar Ikan Gawok Bergeliat Lagi, Kulonprogo Kini Punya Pusat Pengembangan dan Edukasi Perikanan

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Pasar Ikan Gawok (PIGa) yang lama “tidur”, kini “bangun” lagi. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya menjadi arena jual-beli, sekarang tempat yang bernama Pasar Sarwo Laris ini menjadi pusat pengembangan dan edukasi ikan.
Area bekas Pasar Ikan Gawok Kulonprogo itu memang sudah lama tidak beroperasi. Padahal fasilitas kolam, pengolahan, hingga pemasaran ikan di tempat yang sudah ada sejak 2007 itu masih tergolong lengkap. Sejak vakum, banyak semak belukar yang tumbuh. Beberapa titik bangunan juga rusak.
Advertisement
Namun, sejak Trenggono Trimulyo menjadi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kulonprogo pada 2022, perlahan dia mulai mengurus pasar yang kini bernama Pasar Ikan Sarwo Laris.
Tim pengelola mulai menambal kolam yang bocor hingga memperbaiki sumber air yang mati. Saat perlahan fasilitas mulai membaik, DKP Kulonprogo membuat program-program.
Seperti Jumat (21/2/2025) pagi tadi, sedari pagi puluhan ibu-ibu sudah mulai senam bersama. Rangkaian acara belum selesai meski sesi senam sudah ditutup. Pengunjung ada yang berlanjut dengan membeli makanan di stan bazar usaha kecil menengah. Sebagian menyambung acara ke seminar pengolahan dan pemasaran produk ikan. Ada pula praktik secara langsung, dengan demo proses mengolah daging ikan menjadi dimsum.
Serangkaian acara tersebut terbalut dengan nama Semarak Sarwo Laris. Acara dari DKP Kulonprogo ini rutin dua kali dalam sebulan, pekan pertama dan ketiga. "Dulu ini Pasar Ikan Gawok, selama ini belum bisa beroperasi dengan baik. Acara ini melibatkan usaha kecil menengah, kelompok binaan kami," kata Trenggono, di sela-sela acara, di Pasar Sarwo Laris, Wates, Kulonprogo Jumat.
Spesial untuk kali ini, Semarak Sarwo Laris berkolaborasi dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kulonprogo.
Selama seharian, para peserta serta mentor yang terlibat semuanya perempuan. Mentor berasal dari Asosiasi Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan (Poklahsar) Sarwo Laris.
"Program ini dalam semangat Gerbang Segoro atau Gerakan Membangun dengan Semangat Gotong Royong, kami utamakan pada pemberdayaan perempuan," katanya. "Perempuan itu lebih teliti, ulet, dan rajin. Bahkan kalau programnya untuk perempuan, kaum bapak-bapaknya pasti terlibat."
Banyak Kegiatan
Tidak harus menunggu ada Semarak Sarwo Laris, masyarakat bisa menemukan banyak kegiatan di lokasi bekas pasar ikan tersebut. Di tengah bangunan Pasar Sarwo Laris, terdapat rumah tanaman yang bisa menjadi pakan ikan. Malaju lagi ke belakang, terdapat kolam pemancingan ikan, yang jumlah ikannya cukup banyak. "Dapat ikan saat mancing enggak lama, karena ikannya banyak," kata Trenggono.
Pengunjung bisa membawa pulang ikan hasil pemancingan, atau langsung diolah di Sarwo Laris.
Ada ruang untuk bisa makan bersama, dengan teman atau keluarga. Ke depan, tempat itu memang rencananya menjadi pusat kuliner dan edukasi. Di bagian paling belakang, terdapat ruang untuk pembenihan ikan. Saat ini masih tahap pembenihan awal, sehingga belum panen. "Fasilitas sudah cukup lengkap, kami sediakan penjualan ikan basah [ikan hidup] juga, sekarang banyak orang yang tidak suka ikan beku," katanya. "Semoga bisa meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama di dalam bidang kelautan dan perikanan."
Ke depan, akan banyak pembenahan fasilitas di Pasar Sarwo Laris. Pembenahan dari ruang untuk menjajakan kuliner hingga taman yang ada di samping kolam ikan. Semua pembenahan untuk menguatkan pengembangan produk, keahlian, dan pengembangan berbasis ikan.
Dari Hulu ke Hilir
Saat ini, DKP Kulonprogo membina 38 kelompok perempuan. Mereka mengolah ikan dari daging, kepala, hingga ke duri-durinya. Untuk kepala dan duri ikan misalnya, bahan yang sering dianggap limbah itu, kini diolah menjadi keripik. Sehingga semua bisa dimanfaatkan.
Inovasi produk ikan juga semakin berkembang. Kelompok binaan DKP Kulonprogo ada yang membuat pizza frozen dengan toping ikan. Harganya cukup Rp20.000. Ada juga donat dan cilok berbahan daging lele. Mereka menjajakan dagangannya di sekitar sekolah dasar.
"Anak-anak senang berjualan di sekolah-sekolah. Ini akan mendukung konsumsi ikan kita, dan berpotensi menambah kecerdasan anak-anak. Dengan bahan ikan, maka peluang bebas bahan kimianya besar, dibanding jenis daging lain," kata Trenggono.
Salah satu pengolah ikan, Ida Ermawati, juga berinovasi dengan produknya. Di bawah naungan merek Iwakku Foods, dia membuat abon menjadi cemilan. Proses percobaan memakan waktu hingga setahun. Namun hasilnya sepadan, kini produknya bisa ekspor ke Jepang, Australia, hingga Jerman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pengumuman Kelulusan Seleksi Sekolah Inspektur Polisi SIP 2025
Advertisement

Menikmati Gua-Gua yang Tidak Boleh Dilewatkan saat Berwisata ke Turki
Advertisement
Berita Populer
- Ini Pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir untuk Kepala Daerah yang Baru Dilantik
- Aris Pastikan Tidak Ada Kekosongan Pemerintahan di Bantul Selama Bupati Halim Jalani Retret
- Pemkab Gunungkidul Sebut Kasus Antrak di Tileng Girisubo Tidak Meluas
- Pemda DIY Perkuat Sinergi dengan BI untuk Pengendalian Inflasi
- Sekretariat DPRD DIY Teguhkan Reformasi Birokrasi Wujudkan Pelayanan Publik Optimal
Advertisement
Advertisement