Advertisement
Dinas Kesehatan Bantul Telusuri Dua Kasus Keracunan Makanan Takjil

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–Dalam sepekan terakhir, dua kasus keracunan makanan yang diduga berasal dari takjil dilaporkan terjadi di Kabupaten Bantul, yakni di Jodog, Pandak dan terbaru di Mandingan, Bantul. Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Tri Widiyantara mengungkapkan, kejadian ini tengah ditelusuri lebih lanjut guna memastikan sumber pencemaran.
“Ternyata ada beberapa laporan yang masuk ke puskesmas lain, dengan kasus serupa, yaitu keracunan makanan pada kegiatan takjilan di Mandingan. Kami masih telusuri apakah sumbernya sama,” ujar Agus, Kamis (20/3/2025).
Advertisement
Dinas Kesehatan telah menginstruksikan koordinasi antara Puskesmas Pandak 1, Puskesmas Bantul 2, dan Puskesmas Sewon 1, yang menangani korban di wilayahnya masing-masing. Pemeriksaan epidemiologi sedang dilakukan untuk menelusuri asal makanan yang menyebabkan keracunan.
Jika ditemukan penyebab yang sama, akan ada pembinaan terhadap penyedia takjil agar kejadian serupa tidak terulang.
Salah satu tantangan dalam investigasi ini adalah keterlambatan laporan dari masyarakat. “Sering kali laporan masuk beberapa hari setelah kejadian, sehingga sulit mendapatkan sampel makanan yang dikonsumsi korban,” jelas Agus.
Oleh karena itu, pihaknya telah menyurati Kementerian Agama (Kemenag) Bantul agar menyampaikan imbauan kepada para penyelenggara takjilan dan buka bersama untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kebersihan dan keamanan pangan.
Meski belum dapat dipastikan penyebab utama keracunan, Agus menyebut beberapa kemungkinan, seperti bahan pangan yang sudah tercemar, proses pengolahan yang kurang higienis, atau distribusi makanan yang tidak tepat.
“Makanan yang disiapkan sejak pagi dan baru dikonsumsi sore hari berpotensi mengalami kontaminasi, apalagi jika lingkungan tempat pengolahan kurang bersih,” katanya.
Sebagai langkah pencegahan, Dinkes Bantul menyarankan agar setiap tempat takjilan menyimpan satu paket menu di dalam kulkas. Hal ini bertujuan agar jika terjadi kasus keracunan, sampel makanan dapat diuji di laboratorium untuk mengetahui penyebabnya.
Dukuh Mandingan, Samsi Wahyudi menjelaskan, ada sekitar 70 warganya yang mengalami gejala keracunan makanan usai menghadiri acara buka puasa bersama di Musala Al-Munir pada Minggu (16/3/2025). Warga mulai merasakan gejala seperti sakit perut, diare, dan mual pada Senin pagi (17/3/2025).
"Laporannya mulai masuk sekitar pukul 09.00 WIB, Senin pagi. Warga mengeluhkan diare hingga lemas," ujar Samsi. Menindaklanjuti laporan tersebut, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Puskesmas setempat.
Puskesmas setempat kemudian memastikan bahwa penyebabnya adalah keracunan makanan. Dugaan sementara mengarah pada olahan ayam yang disajikan dalam buka puasa tersebut. "Beberapa warga yang merasakan efeknya mengeluhkan ayam yang terasa panas, berbau, dan tidak sedap," jelas Samsi.
Ia juga menegaskan bahwa makanan dalam acara buka bersama tersebut bukan berasal dari layanan katering, melainkan hasil masakan warga yang bertugas menyiapkan hidangan. "Ada kelompok ibu-ibu yang sudah ditunjuk untuk memasak. Jadi bukan katering," katanya.
Beruntung, kondisi para warga yang terdampak sudah mulai membaik. "Alhamdulillah, sekarang sudah dalam tahap pemulihan. Mereka sudah bisa kembali beraktivitas," kata Samsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Menikmati Keindahan Danau Baikal di Siberia Tenggara, Tertua di Bumi Berusia 25 Juta Tahun
Advertisement
Berita Populer
- Top Ten News Harianjogja.com, Kamis 20 Maret 2025: Banguntapan dan Sewon Bantul Dibidik Jadi Tempat Program Sekolah Rakyat Sampai 40 Kilogram Daging Sapi Tak Layak Dikonsumsi
- Rute dan Tarif Trans Jogja
- Pemkot Jogja Intensifkan Pengawasan Daging jelang Lebaran 2025
- Alami Cedera Lutut, Bek PSS Sleman Fachruddin Akhiri Musim Lebih Awal
- Mudik ke Sleman, Waspadai Jalur Rawan Macet, Rawan Bencana dan Rawan Kecelakaan di Sleman
Advertisement
Advertisement