Advertisement
Musim Kemarau Datang Lebih Cepat, Pakar Klimatologi UGM Sarankan Warga Siapkan Rainwater Harvesting

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN -- Musim kemarau diprediksi akan jauh lebih singkat di sejumlah beberapa wilayah di Indonesia tahun ini. Musim kemarau kali ini diperkirakan akan datang lebih cepat pada bulan April dan Mei. Masyarakat disarankan bisa menyiapkan rainwater harvesting sebagai cadangan air.
Pakar Klimatologi dari Fakultas GeografI Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani menjelaskan perbedaan durasi musim kemarau yang berbeda ini disebabkan adanya angin musim yang kerap diketahui sebagai muson atau monsoon. Adapun muson yang menjadi penentu musim di Indonesia meliputi muson Asia atau Muson Timur dan Muson Barat atau Muson Australia.
Advertisement
Dijelaskan Emilya, muson Asia menjadi penentu akan datangnya penghujan, sedangkan muson Australia menjadi penentu masuknya musim kemarau. Meski begitu, kedatangan masing-masing muson di setiap wilayah kadang tidak terjadi dalam waktu bersamaan.
"Kadang-kadang tidak selalu bersamaan. Biasanya jika datang kami bisa mulai menentukan kapan musim itu mulainya musim hujan maupun musim kemarau," jelas Emilya pada Kamis (24/4/2025).
BACA JUGA: Waspada Gelombang Tinggi di Pantai Selatan DIY hingga 25 April 2025
Selain dari muson-muson lain, fenomena iklim lain disebut Emilya juga bisa mempengaruhi musim di Indonesia. Beberapa di antaranya seperti el Nino dan la Nina, Indian Ocean Dipole (IOD) siklon tropis, osilasi dan The Quasi-biennial Oscillation (QBO). Untuk tahun ini, Emilya melihat potensi besar tidak ada pengaruh fenomena-fenomena itu terhadap hujan yang turun di Indonesia.
Kedatangan musim kemarau durasinya bisa beragam, Emilya bahkan menyebut musim kemarau ada yang mencapai 24 dasarian atau 8 bulan.
Menurut perkiraannya, sebenarnya durasi kemarau tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Karenanya para petani dikatakan Emilya dapat memilih menyusun perencanaan jenis tanaman yang akan ditanam dengan lebih matang.
Dia menyarankan agar masyarakat di daerah-daerah dengan waktu kemarau panjang tersebut untuk menyesuaikan jenis-jenis tanaman pertanian yang akan dibudi dayakan. Seperti memilih tanaman yang memiliki kebutuhan air lebih sedikit dan masa tanamannya lebih pendek.
Emilya juga bilang para petani bisa melakukan pengelolaan pola buka pintu waduk jika ada irigasi atau pengairan. "Untuk kebutuhan air, kolam retensi pun bisa menjadi opsi, meskipun memang kolam ini pengisiannya dilakukan saat musim penghujan," tandasnya.
Sementara untuk sumber daya air, Emilya menyarankan adanya rainwater harvesting dikarenakan minggu-minggu terakhir ini masih ada turun hujan. Sehingga harapannya saat musim kemarau datang, tabungan air itu bisa digunakan untuk cadangan air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Tempat Pengoplosan Gas LPG di Cilandak Meledak, 1 Orang Luka Bakar
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Bantul Masih Godok Perbup Pelaksanaan PPDB 2025
- Tingkatkan Temuan Kasus TB, Dinkes Kulonprogo Kenalkan Program "SERMOKU"
- Pemkab Tak Siapkan Lokasi Baru untuk PKL yang Terdampak Pelebaran Jalan Bantul
- Gelapkan Uang untuk Judi Online, Penjaga Toko di Jogja Ditangkap
- Fakta Mendiang Mbok Yem, 30 Tahun Tinggal dan Berjualan di Puncak Gunung Lawu Ditemani Monyet Bernama Temon
Advertisement
Advertisement