Advertisement
Budi daya Magot, Tidak Berbau dan Aman Bagi Kesehatan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Banyak masyarakat yang masih memandang jijik pada pengelolaan sampah organik khususnya sisa makanan dengan metode budidaya magot. Padahal, magot sangat aman dan tidak menimbulkan bau. Magot sangat efektif untuk mengurai sampah sisa makanan.
Di Kota Jogja belum banyak kelompok bank sampah atau personal yang membudidayakan magot sebagai pengolah sampah sisa makanan. Orang awam masih khawatir ketika membudidayakan magot, akan menimbulkan bau dan membahayakan kesehatan.
Advertisement
Warga Tegalrejo, Sariman, membudidayakan magot jauh sebelum krisis sampah melanda Kota Jogja, sejak 2016 silam. Hingga saat ini, ia masih menekuni budidaya magot bersama Bank Sampah Sekarwangi 04, dengan lokasi budidaya di teras rumahnya sendiri.
BACA JUGA: Tidak Berbau, Yuk! Serap Sampah Sisa Makanan Dengan Budidaya Magot
Ia menceritakan ketika memulai budidaya magot, keluarganya sempat mengkhawatirkan efek negatif yang dapat ditimbulkan seperti bau dan dampak kesehatan. “Waktu itu saya bilang, nanti kalau bau ya dibongkar. Tapi ternyata tidak,” katanya beberapa waktu lalu.
Magot yang dibudidaya untuk mengolah sampah sisa makanan berasal dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF). Berbeda dengan lalat yang biasa kita jumpai, lalat ini memiliki ukuran lebih besar dan seluruh tubuhnya berwarna hitam.
Di samping cepat dalam mengurai sampah sisa makanan, magot dari BSF juga memiliki kelebihan mampu menyerap bau pada sampah sisa makanan. “Sampah sisa makanan itu kalau sudah agak lama bebrbau, tapi setelah masuk di tempat magot lima menit, sudah tidak bau. Ini mereduksi bau,” ujarnya.
Namun perlu dicatat jika untuk mereduksi bau, pakan magot tidak boleh lebih banyak dari magotnya dalam sekali pemberian makan. Ia sendiri telah membuktikan selama hampir 10 tahun tidak menemui bau dari budidaya magot di teras rumahnya.
Selain itu, BSF juga aman bagi kesehatan. Jika lalat hijau dan lalat rumah bisa menimbulkan pathogen penyakit, BFS tidak. “Lalat jenis ini ramah bagi manusia, tidak menimbulkan pathogen penyakit. Saya tidak perlu cuci tangan pakai sabun sehabis memegang sisa pakan magot. Tidak gatal,” katanya.
BACA JUGA: Berkawan dengan Maggot Si Pemakan Sampah di Gunungkidul
Magot juga sangat efektif dalam mengurai sampah sisa makanan. Dalam sehari, magot bisa memakan sisa makanan berkali kali-lipat dari jumlahnya sendiri. “Kalau satu kampung ada satu budidaya magot saja, maka selesai persoalan sampah organik di Jogja,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gelaran PEVS 2025 Catatkan Transaksi Kendaraan Listrik Rp900 Miliar
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Ratusan Pegowes Taklukkan Tanjakan "Luna Maya", Rute Sepeda Menantang Sejauh 102 Km di Kulonprogo
- Pengendara Motor Tewas Usai Tabrakan Beruntun di Jalan Daendels Kulonprogo, Sopir Melarikan Diri
- Dua Anggota DPR RI, Rieke dan Esti Datangi Rumah Mbah Tupon, Ini Tujuannya
- Serap Ide Kreatif Generasi Muda Melalui Konco Museum
- Alasan PT PNM Tidak Akan Lelang Tanah Mbah Tupon
Advertisement