Advertisement

Manfaatkan Sampah Botol Plastik, Warga Demangan Kreasikan Wayang Uwuh

Stefani Yulindriani Ria S. R
Kamis, 17 Juli 2025 - 21:07 WIB
Maya Herawati
Manfaatkan Sampah Botol Plastik, Warga Demangan Kreasikan Wayang Uwuh Iskandar saat memamerkan karyanya di Mall Malioboro pada Mei 2025 lalu. / ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Di tengah permasalahan sampah yang belum sepenuhnya diselesaikan di Indonesia, Iskandar justru melihat sampah sebagai peluang. Pria yang tinggal di Demangan, Gondokusuman, tersebut melihat sampah sebagai media untuk berkarya.

Banjir besar yang melanda Sungai Ciliwung, Jakarta, menjadi ide awal Iskandar menemukan Wayang Uwuh. Iskandar menggunakan botol plastik dan kaca bekas sebagai media untuk menciptakan Wayang Uwuh, atau wayang dari sampah yang kini dikenal hingga ke luar negeri.

Advertisement

Ide menciptakan wayang dari botol plastik dan kaca bekas muncul setelah dia bersama puluhan seniman menjadi sukarelawan membersihkan Sungai Ciliwung, Jakarta, sekitar 2010 lalu. Awalnya dia hanya ingin membantu agar perkampungan kumuh di bantaran Ciliwung lebih artistik. Dia bersama dengan seniman lain pun menyulap gang-gang sempit yang kumuh menjadi kampung seni.

Iskandar bukan seniman yang terlahir karena gelar akademis. Dia sarjana akuntansi dari STIE YKPN Jogja. Pengalamannya dalam bidang akuntansi pun tak main-main. Dia pernah menjadi akuntan perusahaan pertambangan, konsultan pajak, bahkan direktur keuangan sebuah perusahaan. Selain itu, dia juga sempat meniti karier menjadi pemimpin redaksi sebuah majalah otomotif. Tapi sejak dulu, dia selalu mempunyai kegemaran yang tak pernah hilang yaitu melukis wayang. “Sepulang kerja, saya melukis. Kadang saya memotret. Tapi yang paling saya cintai wayang. Itu warisan besar orang Jawa,” ujarnya, Rabu (16/7/2025).

Kegemarannya tersebut pun telah membuatnya terkenal sebagai seniman. Dia pun kerap diundang dalam berbagai pameran. Pada 2013, Sungai Ciliwung dilanda banjir besar.

Saat itu, sampah menumpuk di mana-mana. Saat itu pula dia mendapatkan undangan untuk pameran di luar negeri. Namun, dia tak punya cukup dana. Dari situ, banjir Sungai Ciliwung pun menjadi inspirasinya untuk berkarya dengan tumpukan sampah yang ada.

“Saya lihat tumpukan botol plastik, kardus, potongan kaca. Saya pikir, ini semua bisa jadi karya. Sekaligus kampanye budaya dan lingkungan,” katanya.

BACA JUGA: Muncul Embun Beku di Puncak Musim Kemarau, Ini Penjelasan BMKG

Sejak itulah Wayang Uwuh lahir. Dia membuat tokoh-tokoh pewayangan dari bahan daur ulang. Botol plastik disetrika menjadi lembaran, lalu dipotong dan dicat. Figurnya beragam diciptakannya antara lain tokoh Punakawan yang merakyat dan lucu, Ksatria Mahabaratha dan beberapa tokoh fiksi yang diciptkan dengan pesan khusus.

Tak hanya dari plastik, karyanya juga berkembang ke lukisan kaca. Dia menggunakan kaca bekas yang dibersihkan dan diberi cat akrilik, lalu dipasang pigura dari kayu bekas. Kini, lukisan kacanya sudah menghiasi museum di berbagai negara antara lain, Vietnam, dan Bangkok. “Yang di Bangkok, kalau stok [wayang] habis, mereka ambil langsung dari Indonesia. Bisa empat sampai enam kali setahun,” ujarnya.

Bagi Iskandar, wayang adalah cerminan hidup. Menurutnya, wayang ibarat bayangan. Saat manusia berbuat salah, dia terus mengikuti. Dengan begitu dia berharap agar nilai-nilai yang ada di setiap wayang dapat menjadi gambaran untuk meningkatkan manusia agar berperilaku luhur.

Dia pernah membuat cerita sendiri yang ditayangkan di RTV, tentang dua kampung yang berselisih gara-gara saling membuang sampah, lalu berdamai setelah diberi pemahaman soal daur ulang.

“Wayang itu bisa mengajari kita tentang adab, tentang hidup. Bahkan pernah saya pamerkan di area pemakaman, untuk menyadarkan bahwa hidup hanya sementara, dan yang abadi adalah amal,” katanya.

Di rumahnya di kawasan Demangan, Gondokusuman, Iskandar membuka workshop seni untuk umum. Mahasiswa dari berbagai kampus hingga peneliti dari luar negeri sering datang untuk riset, termasuk seorang peneliti doktoral dari Ukraina dan ilmuwan Eropa yang tertarik pada filsafat wayang.

Kini, dia mengajukan program pemajuan kebudayaan melalui Dinas Kebudayaan DIY. Baginya, jalan yang ia tempuh bukan untuk ketenaran, tapi untuk menyalakan semangat cinta budaya dan cinta Bumi. “Saya hanya ingin orang Indonesia memajang wayang di ruang tamu mereka. Karena anak-anak yang tumbuh dengan melihat wayang akan cinta pada budayanya sendiri.”

Baginya, Wayang Uwuh bukan sekadar seni. Wayang tersebut merupakan gabungan dari filosofi Jawa, kesadaran lingkungan, dan sindiran sosial yang halus. Bahannya dari sampah, tapi pesannya menyentuh banyak lapisan.

“Jangan pernah capek mencintai budaya dan lingkungan. Sampah itu sumber daya yang tidak akan habis. Kalau dikelola, bisa jadi lapangan kerja, bisa jadi kebanggaan. Bumi ini bukan warisan, tapi titipan anak cucu kita,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kementerian Transmigrasi Siapkan 1.500 Kuota Beasiswa S2 dan S3

News
| Jum'at, 18 Juli 2025, 01:57 WIB

Advertisement

alt

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang

Wisata
| Selasa, 15 Juli 2025, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement