Advertisement

Benda Warisan Budaya Hasil Ekskavasi Penelitian UGM Dikembalikan ke Masyarakat Labuan Bajo

Catur Dwi Janati
Kamis, 17 Juli 2025 - 08:37 WIB
Ujang Hasanudin
Benda Warisan Budaya Hasil Ekskavasi Penelitian UGM Dikembalikan ke Masyarakat Labuan Bajo Suasana pengembalianbenda-benda budaya kepada masyarakat Warloka, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Senin (14/7/2025). - Istimewa // UGM

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN -- Departemen Arkeologi dan Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada menyerahkan benda-benda budaya kepada masyarakat Warloka, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Senin (14/7/2025).

Ketua Tim Repatriasi, Tular Sudarmadi menjelaskan bahwa warisan budaya seharusnya tidak dikelola dengan pendekatan eksploitatif yang bersumber dari praktik kolonial. Sebagai akademisi, menurut Tular penting untuk membangun relasi setara dengan komunitas yang menjadi subjek penelitian.

Advertisement

Karenanya, UGM tengah merancang pedoman universitas untuk tata kelola benda hasil ekskavasi arkeologis yang akan menjadi inisiatif pertama di Indonesia. "Saya merasa memiliki kewajiban moral untuk mengembalikan benda-benda ini kepada Komunitas Warloka," kata Tular pada Rabu (16/7/2025).

Adapun benda-benda budaya yang dikembalikan meliputi 40 kilogram artefak hasil ekskavasi. Benda-benda budaya itu terbagi menjadi 15 kategori meliputi perhiasan, alat bantu, keramik, gerabah, koin, serta sisa-sisa kerangka dari tiga individu leluhur. Benda-benda ini merupakan hasil penggalian yang dilakukan 15 tahun lalu yang selama ini disimpan di UGM untuk kebutuhan riset. 

BACA JUGA: Terdampak Tol Jogja-Solo, Dua Lokasi Pemakaman Umum di Kalasan Direlokasi

Proses repatriasi ini menjadi langkah yang menegaskan pentingnya tanggung jawab etis dalam kegiatan akademik, termasuk refleksi atas posisi peneliti dan prinsip keadilan dalam berbagi pengetahuan dan manfaat riset.

Dosen FIB, Rucitarahma Ristiawan menambahkan bahwa pemulangan artefak kepada komunitas asal merupakan langkah penting menuju keadilan epistemik. Ia juga menekankan pentingnya pembagian manfaat hasil riset secara adil antara akademisi dan masyarakat. 

Pemulangan artefak lanjut Rucitarahma bukan hanya tindakan simbolis, tetapi juga bentuk nyata dari transformasi praktik akademik. "Repatriasi ini mengakui nilai sistem pengetahuan lokal dan memperkuat hak komunitas untuk menarasikan sejarahnya sendiri," ujarnya.

Selain dibantu oleh arkeolog UGM, Oto Alcianto, kegiatan ini turut melibatkan dukungan dari University of Glasgow melalui peneliti art crime dan kriminologi, Dr. Emiline Smith. Emiline menyampaikan bahwa repatriasi ini menunjukkan perlunya refleksi atas tanggung jawab etik akademisi dan penguatan peran negara dalam tata kelola warisan budaya. 

Emiline menambahkan bahwa proses pemulangan artefak harus dilengkapi dengan dukungan kelembagaan yang memungkinkan pelestarian dan penghormatan terhadap sisa leluhur. Dalam konteks ini, kolaborasi antarnegara menjadi penting untuk memastikan keberlanjutan program repatriasi.

Sisa kerangka leluhur nantinya akan dimakamkan kembali sesuai dengan adat dan kepercayaan masyarakat Warloka. Di samping itu, artefak budaya akan disimpan sementara di Dinas Pariwisata setempat sambil menunggu pembangunan ruang pamer khusus di Warloka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Perayaan 17 Agustus 2025 Digelar di Jakarta, Bagaimana Bentuk Logo HUT RI ke 80? Berikut Penjelasan Istana

News
| Kamis, 17 Juli 2025, 15:37 WIB

Advertisement

alt

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang

Wisata
| Selasa, 15 Juli 2025, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement