Advertisement
Mentalitas Gen Z Ingin Kerja Santai Gaji Besar Jadi Penyumbang Angka Pengangguran di Kulonprogo

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Pengangguran di Kulonprogo diperkirakan jumlahnya mencapai 5 ribuan orang yang di antaranya termasuk kalangan generasi Z yang lahir medio tahun 1998-2010. Faktor mentalitas menjadi salah satu penyebab tingginya Gen Z menganggur di usia produktif. Pemerintah sudah memfasilitasi lowongan pekerjaan sudah maksimal dilakukan akan tetapi serapannya tidak mencapai setengah dari jumlah yang tersedia.
Kepala Disnaker Kulonprogo, Bambang Sutrisna mengatakan, untuk meminimalkan angka pengangguran sudah melakukan berbagai cara termasuk pelatihan dilakukan instansinya maupun kerja sama dengan eksternal LPKS. Bahkan, sampai pelatihan di tingkat kalurahan pun sudah dilakukan, namun tetap saja serapan tenaga kerja masih sangat minim.
Advertisement
"Tahun lalu ada sekitar 8.800 lowongan tetapi serapannya sekitar 3.600 pekerja saja yang artinya belum mencapai 50 persen serapannya," katanya, Rabu (23/7/2025).
Menurutnya, mentalitas yang didorong belum adanya kemauan bekerja menjadi faktor yang mempengaruhi pengangguran. Ia mencontohkan, ada lowongan pekerjaan tetapi tidak ada kemauan untuk bekerja pada job yang dibutuhkan. Sedangkan untuk kalangan Gen Z, Bambang menjelaskan faktor mentalitas etos kerja dan attitude yang terbangun belum baik mengakibatkan menambah angka pengangguran.
"Faktor Gen Z belum siap kerja tapi siap nganggur. Sekalipun mau kerja yang gampang pekerjaannya tetapi upahnya cukup UMK dan bisa disambi-sambi sambil hiburan," katanya.
Situasi semacam itu nyata terjadi di Kulonprogo menjangkiti sejumlah Gen Z meski pun tidak bisa disebutkan secara kuantitas jumlahnya. Namun, Disnaker Kulonprogo akan tetap optimis untuk menekan terus angka pengangguran.
Faktor lainnya yang menyumbang pengangguran di Kulonprogo karena tidak ada kesesuaian antara kebutuhan pasar kerja dengan kompetensi ataupun keahlian pencari kerja. "Sebagian karena tidak cocok artinya kebutuhan dunia usaha atau kerja, kualifikasinya beda dengan minat dan kompetensi pencaker," ucapnya.
Selain itu, kondisi terburuknya dari ketidakcocokan yaitu banyak lulusan pendidikan formal di Kulonprogo kompetensinya tidak memenuhi syarat seperti yang dibutuhkan industri. "Itulah tugas kami untuk mengupgrade skill mereka agar in lane dengan pasar kerja dengan pelatihan di BLK, LPKS dan di kalurahan secara on the spot," katanya.
BACA JUGA: Bayah Banten Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,3, Belum Ada Laporan Kerusakan
Bupati Kulonprogo, Agung Setyawan menilai ketidakcocokan antara pencaker dengan perusahaan karena dunia kerja butuhnya dalam waktu dekat. Di mana saat yang bersamaan pencaker mengetahui ketika lowongan sudah selesai proses penerimaan.
Ia mendorong, job fair tidak hanya setahun sekali karena kebutuhan kerja tidak bisa ditahan atau ditunda. Frekuensi kebutuhan lowongan kerja akan ditingkatkan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. "Besar harapan saya kalau bisa setahun tiga kali kenapa hanya sekali agar semua dapat pekerjaannya sesuai passion dan cuannya," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

DPR Akan Mengkaji Usulan Perubahan Bandara VIP IKN Jadi Komersial
Advertisement

Dubes RI untuk Kanada Muhsin Syihab Temui Pahlawan Budaya Indonesia
Advertisement
Berita Populer
- Call Center PMI Kulonprogo Diduga Dicatut untuk Pinjol, Penagih Mencari SV
- Percepatan Progam Cek Kesehatan Gratis, Dinkes Bantul Segera Jemput Bola
- Sultan HB X Tegaskan Stadion Maguwoharjo Bisa Dipakai Semua Tim Sepak Bola Termasuk PSIM Jogja
- Tak Hanya Bagi Kalangan Pegawai, Pemkab Gunungkidul Siapkan 10 Lokasi Jamasan Pusaka untuk Masyarakat
- Pemda DIY Siap Komunikasikan Ganti Rugi bagi Warga Terdampak JJLS
Advertisement
Advertisement