Advertisement
Fenomena Pengibaran Bendera One Piece Jelang 17 Agustus, Ini Kata Akademisi UMY

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL — Fenomena pengibaran bendera bajak laut dari serial anime dan manga Jepang One Piece di sejumlah lokasi di Indonesia menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI menuai pro dan kontra. Dari pagar rumah, perahu nelayan, hingga kendaraan truk, bendera berlogo tengkorak ini memantik diskusi publik soal makna, etika, dan hukum.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ade Marup Wirasenjaya menilai fenomena ini sebagai bentuk kritik sosial-politik, bukan penghinaan terhadap negara. Ia menyebut, bendera Merah Putih adalah simbol kenegaraan yang tidak boleh diganggu gugat, tapi penyandingan dengan bendera bajak laut perlu dilihat lebih dalam secara simbolik.
Advertisement
“Selama bendera One Piece tidak dikibarkan lebih tinggi dari Merah Putih, dan hanya menjadi simbol kritik terhadap penyelenggaraan negara, ini tidak menggerus kedaulatan. Justru ini adalah ekspresi teguran terhadap dominasi kekuasaan dan ketimpangan sosial yang dirasakan masyarakat,” ujar Ade, Senin (4/8/2025).
Ia menyebut, penggunaan simbol bajak laut ini merupakan bentuk sindiran bahwa kemerdekaan jangan sampai “dibajak” oleh elit politik. Momentum 17 Agustus dipilih karena memuat makna simbolik yang kuat.
“Pesannya jelas jangan sampai kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan nyawa hanya dinikmati oleh segelintir kelompok. Ini bentuk peringatan agar nasionalisme tidak berhenti pada seremoni, tapi diwujudkan dalam kebijakan dan perilaku aparatur negara,” imbuhnya.
Senada dengan Ade, Pakar Komunikasi UMY, Fajar Junaedi menilai penggunaan bendera One Piece sebagai bentuk ekspresi dalam budaya populer yang memuat muatan ideologis dan kritik sosial.
“One Piece adalah manga shōnen yang membawa tema persahabatan, kerja keras, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Dalam konteks semiotika, karakter dan simbol-simbolnya menyampaikan narasi perlawanan terhadap hegemoni,” jelas Fajar.
Lebih jauh, Fajar menilai bahwa bendera bajak laut ini telah menjadi simbol identitas kolektif dalam gerakan sosial digital. "Bisa dilihat sekarang banyak yang memakai bendera ini di status, foto profil, dan diskusi media sosial. Ini adalah bentuk aktivisme digital. Sayangnya, respons sejumlah pejabat malah kontraproduktif karena tidak memahami konteks budaya pop dan komunikasi generasi muda,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Presiden Prabowo Terima Medali Kehormatan dari Komando Operasi Khusus AS
Advertisement

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa
Advertisement
Berita Populer
- Tak Ada Regulasi Khusus di Sleman, Reklame Rokok Bebas Berdiri Dekat Sekolah
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Senin 4 Agustus 2025, Berangkat dari Stasiun Palur
- 700 Liter Susu Disalurkan Per Hari Untuk Kebutuhan MBG di Sleman
- Jadwal KA Bandara YIA dan KA Bandara YIA Xpress, Senin 4 Agustus 2025
- Meski Ada Peningkatan, Budaya Gemar Makan Ikan di Gunungkidul Masih Butuh Ditingkatkan
Advertisement
Advertisement