Advertisement

Amanat 5 September 1945, Warga Bantul Disuguhkan Pertunjukan Wayang Republik

Yosef Leon
Sabtu, 06 September 2025 - 12:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Amanat 5 September 1945, Warga Bantul Disuguhkan Pertunjukan Wayang Republik Suasana gelaran wayang republik memperingati 80 tahun bergabung bergabungnya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Jumat (5/9 - 2025) malam di Panggungharjo, Sewon, Bantul

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL – Warga Tegalsari, Geneng, Panggungharjo, Sewon, Bantul disuguhkan dengan pertunjukan wayang republik dalam peringatan 80 tahun Amanat 5 September 1945 atau bergabungnya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Ketua Penyelenggara, Widihasto Wasana Putra menjelaskan pagelaran tersebut diselenggarakan untuk menandai 80 tahun Amanat 5 September 1945. Pada momen itu, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman secara resmi menyatakan bergabung ke dalam NKRI.

Advertisement

BACA JUGA: Penemuan Bayi Perempuan di Pos Tani Sawah Bikin Geger Warga Mriyan Bantul

“Lewat acara ini kami ingin mengedukasi masyarakat agar tidak melupakan sejarah bangsanya. DIY lahir dari peristiwa sejarah itu, lalu pemerintah mengeluarkan piagam kedudukan bahwa Jogja menjadi Daerah Istimewa bagian dari Republik Indonesia,” ujar Widihasto, Jumat (5/9/2025) malam. 

Pagelaran ini menghadirkan dalang Ki Catur Benyek Kuncoro dengan lakon Proklamasi dan Amanat 5 September 1945. Melalui pentas tersebut, masyarakat diajak merenungkan kembali pengorbanan para pendahulu bangsa sekaligus tanggung jawab generasi kini untuk terus berdharma bakti bagi negara.

Menurut Widihasto, pesan itu relevan dengan kondisi Indonesia sekarang yang tengah menghadapi berbagai persoalan. “Kita tahu sendiri ada masalah demokrasi, politik, ekonomi hingga sosial. Semua itu butuh semangat kebersamaan untuk merawat ke-Indonesiaan,” ujarnya.

Wayang republik sendiri diciptakan pada 2011 untuk memperingati satu abad Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Tidak seperti wayang tradisional, karakter wayang ini menghadirkan tokoh-tokoh bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Jenderal Sudirman, Ki Hajar Dewantara, hingga tokoh antagonis Kolonel Van Langen.

Cerita yang dibawakan mengisahkan perjuangan kemerdekaan, proklamasi, Amanat 5 September, hingga pengakuan kedaulatan Indonesia. “Jadi sebenarnya wayang republik ini adalah kisah sejarah zaman revolusi kemerdekaan yang kami hadirkan kembali, terutama ketika bangsa sedang tidak baik-baik saja,” tambahnya.

Widihasto menekankan, pesan utama dari pagelaran ini adalah menggugah kesadaran seluruh komponen bangsa agar tetap berpegang teguh pada cita-cita proklamasi. “Cita-cita itu menjadikan bangsa Indonesia aman, tenteram, sejahtera, dan mampu melindungi masyarakat,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Viral Gudang Garam Lakukan PHK, Begini Respons Presiden KSPI Said Iqbal

Viral Gudang Garam Lakukan PHK, Begini Respons Presiden KSPI Said Iqbal

News
| Sabtu, 06 September 2025, 16:07 WIB

Advertisement

Trik dan Tips untuk Dapatkan Tiket Pesawat Murah

Trik dan Tips untuk Dapatkan Tiket Pesawat Murah

Wisata
| Rabu, 27 Agustus 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement