Advertisement
Pemda DIY Siapkan Transformasi Pariwisata
 Forum Pentahelix Pariwisata DIY bertema Jogja Global Tourism Framework di Jogja di KHAS Malioboro Hotel, Jogja, pada Kamis (30/10/2025). - Harian Jogja -  Ariq Fajar Hidayat
                Forum Pentahelix Pariwisata DIY bertema Jogja Global Tourism Framework di Jogja di KHAS Malioboro Hotel, Jogja, pada Kamis (30/10/2025). - Harian Jogja -  Ariq Fajar Hidayat
            Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menyiapkan transformasi besar-besaran dalam pembangunan pariwisata daerah. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwi Panti Indrayanti, mengungkapkan arah kebijakan ke depan akan difokuskan pada transformasi pariwisata untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut Ni Made, perubahan substansi kebijakan ini merupakan arahan langsung Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, seusai pembahasan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (Ripparda) 2026–2045. Ia menuturkan Gubernur menilai dokumen perencanaan tersebut perlu dihidupkan dengan arah yang lebih konkret agar pariwisata Jogja mampu menjadi sektor penggerak utama ekonomi daerah.
Advertisement
“Beliau menyampaikan agar substansi rakor pengendalian pembangunan diganti menjadi transformasi pariwisata untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Artinya, pariwisata bukan sekadar pelengkap, tapi menjadi motor yang mendorong ekonomi daerah,” ujar Ni Made dalam kegiatan Sambung Rasa Forum Pentahelix Pariwisata DIY bertema Jogja Global Tourism Framework di Jogja, Kamis (30/10/2025).
Ia menjelaskan transformasi pariwisata DIY akan diarahkan melalui dua hal utama, yakni rebranding dan promosi. Menurutnya, branding pariwisata Jogja perlu dievaluasi agar lebih mudah dikenali secara nasional maupun internasional.
BACA JUGA
“Rebranding ini penting untuk membentuk citra baru yang lebih kuat dan dikenal luas. Sedangkan promosi jangan hanya dilihat dari hasil jangka pendek karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu tertentu,” paparnya.
Lebih lanjut, Ni Made menegaskan pariwisata Jogja bisa menjadi berkelas dunia jika dibangun melalui kolaborasi lintas sektor. “Transformasi pariwisata akan berjalan baik bila ada kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan masyarakat. Semua harus tahu perannya dan bergerak sesuai kapasitasnya,” katanya.
Ia menambahkan, DIY sebenarnya tidak memiliki sumber daya alam luar biasa seperti daerah atau negara lain, tetapi memiliki kekuatan utama pada kreativitas masyarakat dan budaya lokal. “Pariwisata bisa diciptakan dengan kreativitas. Kita punya sumber daya manusia dan ekonomi kreatif yang luar biasa. Itu keunggulan Jogja,” ujar Ni Made.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hermanto, mengingatkan sejumlah tantangan yang harus dibenahi agar Jogja benar-benar mampu bersaing di tingkat global. Berdasarkan hasil survei Kementerian Pariwisata, aspek paling lemah di DIY justru terletak pada pemanfaatan sumber daya alam, budaya, dan sumber daya nonrekreasi.
“Padahal kita punya potensi besar di tiga aspek itu, tapi belum berkelas dunia. Budaya kita juga belum terkoneksi dengan wisatawan global dan masih homogen. Sementara wisata nonrekreasi belum menjadi motif kunjungan,” jelas Hermanto.
Ia juga menyoroti kontribusi pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) yang masih rendah di beberapa kabupaten. Hanya Kota Jogja dan Kabupaten Sleman yang sudah menyumbangkan kontribusi pariwisata maksimal terhadap PAD.
“Kota dan Sleman sudah bagus, masing-masing 50 persen dan 24 persen dari total PAD. Tapi Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo masih tertinggal, bahkan Kulonprogo baru sekitar dua persen,” paparnya.
Selain itu, BI mencatat performa industri perhotelan masih stagnan. Rata-rata pendapatan harian (average daily rate) hotel di Jogja hanya tumbuh 5–10 persen, sementara pendapatan per kamar tersedia (revenue per available room) justru cenderung menurun.
“Ini menunjukkan perlunya inovasi dan peningkatan kualitas agar pariwisata Jogja tidak hanya ramai kunjungan, tapi juga memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi,” tutur Hermanto.
Melalui forum pentahelix tersebut, Pemda DIY bersama para pemangku kepentingan berharap arah pembangunan pariwisata 20 tahun ke depan dapat terukur, berorientasi pada kualitas, serta mencerminkan keistimewaan budaya Jogja di mata dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
 
    
        Presiden Prabowo Dijadwalkan Berpidato di KTT APEC 2025 di Korsel
Advertisement
 
    
        Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Buruh di DIY Tuntut UMP Naik 50 Persen dan Hapus Sistem Kontrak
- DPRD Sleman Dorong Penguatan Sarana dan Layanan Pendidikan Inklusif
- Sosiolog UGM Sebut Judi Online Mudah Jerat Kelompok Rentan
- Polres Bantul Rotasi Sejumlah Pejabat, Dorong Kinerja dan Regenerasi
- HP Meledak Saat Dicas, Rumah Warga Gunungkidul Hangus Terbakar
Advertisement
Advertisement




















 
            
