Advertisement
Dinkes DIY Selidiki Penyebab Keracunan MBG di SMAN 1 Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kesehatan DIY kini tengah menyelidiki penyebab keracunan massal di SMAN 1 Jogja pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebagian besar siswa terdampak di sekolah tersebut sudah kembali masuk sekolah.
Plt Kepala Dinas Kesehatan DIY, Akhmad Akhadi, menjelaskan menindaklanjuti kasus ini, pihaknya telah berkoordinasi untuk upaya penyelidikan epidemiologi pada sekolah kasus, termasuk memobilisasi Dinas Kesehatan Kota Jogja untuk pengamanan terhadap sample sisa makanan serta menginspeksi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Advertisement
Saat ini ia belum bisa memastikan komponen makanan apa yang menyebabkan keracunan dalam kasus tersebut, karena sample makanan masih diperiksa di laboratorium. Seluruh komponen makanan menurutnya berpotensi menyebabkan keracunan.
“Prinsipnya, kalau ada kejadian keracunan itu semua makanan yang disajikan patut diduga menjadi oenyebab. Kami baru bisa menyimpulkan bahan makanan mana yang menajdi penyebab utama atau tambahan, nanti setelah hasil pemeriksaan laboratorium kami peroleh,” ujarnya, Jumat (17/10/2025).
BACA JUGA
Ia melihat di setiap SPPG sebenarnya sudah ada protokol keamanan pangan. Tapi masalahanya apakah protokol itu dijalankan atau tidak. Makanan yang telah diolah dan dikirim ke sekolah-sekolah, penanggung jawab SPPG harus melakukan uji organoleptik.
“Yakni memeriksa makanan yang sudah diolah dari kesesuaian bentuk, warna dan penampakan,” katanya. Apakah berair atau berlendir, kemudian memegang atau memeriksa dengan tangan, mencium apakah ada bau makanan tidak layak dan merasakan apakah makanan sudah basi atau tidak,” ungkapnya.
Berdasarkan informasi tambahan yang dia terima, ayam dan tahu pada menu paket MBG itu rasanya aneh. keduanya berisiko mengalami penurunan kualitas dikarenakan waktu oenyimoanan yang melebihi ambang, proses pengolahan, cara mengolah dan packing.
Terkait penanganan siswa terdampak keracunan, menurutnya efeknya tidak lama dan sudah kembali pulih. “Sepanjang ketacunannya itu dari kimia kemudian dari bakteri itu perawatannya tidak lama, pakai bat-obat anti bakteri. Kalau tidak ada yang opname paling dua-tiga hari pulih,” katanaya.
Meski demikian dampak trauma menuturnya akan lebih panjang dirasakan para siswa sehingga banyak yang tidak mau mengkonsumsi MBG lagi. “Orang tua juga jadi menyimpulkan bahwa kalau dapat MBG ga usah dimakan. Itu juga yang kami sesalkan sebetulnya,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi ke depan, pihaknya mendorong percepatan pelatihan petugas penjamah makanan. “Objek pelatihannya adalah pelatihan penanganan pengolahan makanan sehat. Percepatan diterbitkannya SLHS [Sertifikat Laik Higien Sanitasi] ini sedang kami upayakan,” paparnya.
Dinas Kesehatan DIY juga mendorong Inspeksi Kegiatan Lingkungan (IKL) pengambilan sampel air yang digunakan SPPG, usapan, kelengkapan masak, tempat makanan dan alat yang digunakan dalam pengolahan, pengepackan dan pengiruman paket MBG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement