Advertisement

Pemkot Jogja Siapkan Strategi Hadapi Penutupan TPST Piyungan

Ariq Fajar Hidayat
Kamis, 13 November 2025 - 17:57 WIB
Maya Herawati
Pemkot Jogja Siapkan Strategi Hadapi Penutupan TPST Piyungan Sejumlah armada pengangkut sampah lalu lalang di sekitar TPA Piyungan, beberapa waktu lalu. - dok - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pemkot Jogja menyiapkan sejumlah langkah menghadapi rencana penutupan kuota pembuangan di TPST Piyungan pada akhir 2025. Pengoptimalan fasilitas pengolahan sampah swasta menjadi strategi utama sembari menunggu pembangunan fasilitas pengolahan sampah berbasis energi (PSEL) oleh Danantara yang dijadwalkan mulai dibangun pada Maret 2026.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja, Ahmad Haryoko, menjelaskan bahwa dua pihak swasta saat ini menjadi mitra utama dalam penanganan sampah kota, yakni Instalasi Tempat Pengolahan Sampah (ITF) Bawuran dan PT Jogja Olah Sampah (JOS).

Advertisement

Kedua fasilitas tersebut akan dimaksimalkan untuk menampung dan mengolah sebagian besar timbunan sampah warga Jogja saat TPST Piyungan tidak lagi menampung sampah dari Kota Jogja.

“Kami optimalkan dulu teman-teman swasta kami yang bisa mengolah seperti di ITF Bawuran, yang sekarang kan masih belum optimal. Mereka sudah berjanji ke Gubernur untuk bisa mengoptimalkan, dan insyaallah nanti kita akan mendorong teman-teman di ITF Bawuran untuk bisa optimal sampai dengan target mereka,” ujarnya, Kamis (13/11/2025).

Haryoko menambahkan, setelah PSEL beroperasi pada 2027, pemerintah akan melakukan evaluasi ulang terhadap kerja sama dengan pengelola swasta. Meski demikian, menurutnya fasilitas pengolahan swasta tetap dibutuhkan karena tidak semua jenis sampah dapat diolah oleh PSEL.

“Untuk swasta otomatis nanti kami akan tinjau ulang, kami akan evaluasi apakah nanti kami masih butuh atau tidak. Karena yang di PSEL itu juga tidak 100 persen sampah bisa masuk,” tandasnya.

“Sampah seperti ban dan furnitur itu kan masih tidak bisa diterima oleh PSEL. Jadi mau tidak mau kami juga pasti akan membutuhkan off-taker atau pihak yang bisa menerima juga,” jelas Haryoko.

Terkait dengan masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), DLH menyiapkan skema khusus agar penumpukan sampah tidak terjadi. Tahun lalu, volume sampah sempat mencapai sekitar 3.000 ton selama periode tersebut.

“Kami sudah menyiapkan antisipasi dan masih dibantu DLHK DIY untuk tetap bisa menggunakan Piyungan. Kuota kami ajukan 300 ton per minggu,” ujar Haryoko.

Ia menyebut jumlah tersebut memang tidak sebanding dengan rata-rata timbunan harian Kota Jogja yang mencapai sekitar 300 ton per hari. Namun DLH akan memaksimalkan seluruh unit pengolahan agar volume sampah yang dibawa ke TPST bisa ditekan.

“Kami optimalkan di semua unit pengolahannya, tidak hanya mengandalkan Piyungan,” tambahnya.

Sementara itu, praktisi lingkungan Sholahudin menilai penanganan sampah di perkotaan masih sebatas memindahkan masalah dari satu titik ke titik lain. Ia menyebut pola pikir masyarakat umumnya masih berorientasi pada bagaimana sampah tidak terlihat, bukan pada bagaimana menguranginya.

“Masalah sampah dianggap selesai ketika sudah keluar dari rumah. Padahal, selama tidak diolah sejak dari sumbernya, persoalan itu hanya berpindah tempat,” kata Sholahudin.

Menurutnya, upaya seperti pembangunan PSEL atau peningkatan kapasitas pengolahan tetap harus dibarengi dengan perubahan perilaku warga dalam memilah dan mengurangi sampah rumah tangga agar persoalan tidak terus berulang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Dewan Pers: Konten Medsos Media Massa Bukan Ranah UU ITE

Dewan Pers: Konten Medsos Media Massa Bukan Ranah UU ITE

News
| Kamis, 13 November 2025, 19:37 WIB

Advertisement

Sakral, Abhiseka Prambanan Rayakan Usia ke-1.169

Sakral, Abhiseka Prambanan Rayakan Usia ke-1.169

Wisata
| Kamis, 13 November 2025, 09:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement