Advertisement
Antisipasi Banjir di Perkotaan, BPBD Pasang EWS Banjir di Kali Besole
Seorang pengendara motor melintas di dekat peralatan EWS banjir yang dipasang di aliran Kali Besole di Kalurahan Selang, Wonosari. Foto diambil Jumat (26/12/2025).Harian Jogja - David Kurniawan.
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—BPBD Gunungkidul memasang Early Warning System (EWS) banjir di aliran Kali Besole, Kalurahan Selang, Wonosari, sebagai langkah mitigasi menghadapi potensi banjir di kawasan perkotaan. Pemasangan alat deteksi dini ini dilakukan untuk meminimalkan risiko dampak bencana hidrometeorologi saat musim hujan.
Pemasangan EWS banjir dan program normalisasi sungai diharapkan mampu menekan risiko banjir di wilayah perkotaan Gunungkidul. Pemkab Gunungkidul menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat mitigasi bencana demi menjaga keselamatan masyarakat
Advertisement
Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, Rehabilitasi dan Rekonstruksi, BPBD Gunungkidul, Nanang Irawanto mengatakan, hasil kajian yang telah dilakukan, aliran Kali Besole yang membelah Kota Wonosari juga rawan banjir saat musim hujan. Oleh karena itu, upaya mitigasi dilaksanakan untuk mengurangi risiko dari dampak bencana tersebut.
Salah satu program yang dijalankan dengan memasang alat deteksi dini sehingga dapat memberikan peringatan saat terjadi banjir. EWS banjir, sambung dia, sudah dipasang di aliran di bagian hulu, tepatnya di wilayah Kalurahan Selang, Wonosari.
BACA JUGA
“Lokasi pemasangan berada di timur kantor dinas Pendidikan,” kata Nanang, Senin (29/12/2025).
Dia menjelaskan, EWS banjir di Kali Besole sudah terpasang. Total anggaran yang dibutuhkan memasang peralatan ini sebesar Rp80 juta.
Selain memasang alat deteksi dini yang bisa memberikaan sinyal-sinyal kedatangan banjir, juga ada kamera CCTV serta pemantau ketinggian air yang terpasang. Antisipasi banjir menjadi salah satu fokus mitigasi kebencanaan yang dilakukan oleh Pemkab Gunungkidul.
“Selain memasang di aliran Kali Besole, kami [pemkab] juga memasang dua EWS di bantaran Kali Oya. Total untuk memasang alat ini memakai anggaran Rp240 juta,” katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Rakhmadian Wijayanto mengatakan, bencana hidrometeorologi harus diwaspadai karena salah satunya bisa memicu terjadinya banjir. Oleh karena itu, dilakukan sejumlah upaya pencegahan agar potensi tersebut bisa ditekan sekecil mungkin.
Upaya yang dijalankan adalah dengan program pengerukan sedimentasi di aliran sungai di kawasan perkotaan. “Sungai yang dikeruk ada di wilayah Wonosari seperti di Gadungsari hingga di Padukuhan Trimulyo, Kepek. Sudah ada pendangkalan sehingga butuh normalisasi dengan pengerukan agar aliran menjadi lancar,” katanya.
Menurut Rakhmadian, normalisasi sungai tidak hanya melalui pengerukan sedimentasi bantara, namun juga ada pembuatan talut. Talut dibuat sebagai upaya menjaga aliran tetap lancar sehingga tidak menimbulkan luapan.
“Kita terus berupa untuk mengurangi risiko banjir dengan sejumlah program yang sudah dijalankan. Total anggarannya [untuk normalisasi luweng dan pengerukan sungai] Rp650 juta yang dilaksanakan tahun ini,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Trump Klaim 95 Persen Rencana Damai Rusia-Ukraina Telah Disepakati
Advertisement
Inggris Terbitkan Travel Warning Terbaru, Indonesia Masuk Daftar
Advertisement
Berita Populer
- Wisatawan Keluhkan Tarif Sewa Gazebo Pantai Drini Rp50.000 Per 2 Jam
- Polresta Sleman Tegaskan Tak Ada Izin Kembang Api Tahun Baru 2026
- Mayat Perempuan Tanpa Identitas Ditemukan di Sungai Bedoyo Kulonprogo
- Polisi Buru Pencuri Mobil Grandmax di Wirobrajan, Aksi Terekam CCTV
- Wisata Sleman Andalkan Konsep Value for Money
Advertisement
Advertisement



