Advertisement
Aktivis dan Mahasiswa Jogja Mengenang Kelamnya Orde Baru

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Refleksi 20 tahun reformasi 1998 dilangsungkan mulai 1-21 Mei 2018 di enam kampus di DIY.
Keenam kampus tersebut Yaitu UIN Sunan Kalijaga, UPN, UST, UMY, ISI dan UJB. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) yang berkolaborasi dengan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Jogja.
Advertisement
Selain untuk mengingatkan bagaimana aksi kelam sejarah Orde Baru, pameran tersebut juga sebagai wadah untuk mengingatkan kepada masyarakat agar cerdas dalam memilih partai politik serta pemimpin di 2019 yang akan datang serta bagaimana aksi yang mahasiswa yang tidak berdasarkan kepentingan politik.
Pameran foto peristiwa 1998 menampilkan foto-foto aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dalam melengserkan Soeharto pada rezim Orde Baru. Selain itu juga ada diskusi mengenai bagaimana seharusnya aksi yang dilakukan mahasiswa tanpa campur tangan kepentingan politik.
BACA JUGA
Agus Bintoro selaku koordinator acara menyampaikan tujuan kegiatan tersebut sebagai pengingat bagaimana sejarah Orde Baru.
“Tujuan kami pameran untuk memperingati 20 tahun reformasi 98, bagaimana kami mengingatkan kepada seluruh masyarakat, mahsiswa, civitas academicca yang saat itu menjelang jatuhnya rezim Orde Baru turun bersama-sama menyuarakan aspirasinya,” ungkapnya, Rabu (2/5/2018).
Pada pameran ini terpasnag spanduk bertuliskan UNTUK ALASAN APAPUN KAMI TAK MAU KEMBALI KE ORDE BARU. Tulisan itu dimaksudkan para aktivis mengajak masyarakat dan mahasiswa agar cerdas dalam memandang dan mempertimbangkan partai politik yang akan dipilih.
Mengingat sudah dekat dengan musim politik 2019 mendatang. Hal itu disampaikan agar Orde Baru tidak muncul lagi.
“Menolak rezim Orde Baru muncul kembali, apalagi ini menjelang kontestasi politik 2019 bahwa yang muncul hari ini banyak partai-partai ataupun sisa-sisa Orde Baru yang punya jejak kelam masa lalu ini sudah bermunculan nah warga masyarakat, mahasiswa harus cerdas menentukan pilihan-pilihan politik."
"Jadi kroni-kroninya sampai hari ini ada Partai Berkarya dan sebagainya ini jelas siapa orang-orangnya, mereka punya riwayat apa termasuk beberapa calon kandidat yang hari ini mempunyai sejarah kelam,” ujarnya.
Selain itu para aktivis 98 juga menghimbau agar mahasiswa bersikap kritis namun tetap terpuji dan intelektual. Dari pameran foto peristiwa 1998 diharapkan pergerakan dan aksi mahasiswa dalam mengkritisi pemerintah bukan berdasarkan kepentingan politik.
“Melalui pameran foto ini mahasiswa mempertimbangan bagaimana memperjuangkan rakyat harus mulai tertata jangan sampai terombang-ambing dipenuhi kepentingan politik,” ungkap Agus Bintoro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- Pengelolaan Sampah di Sleman Perlu Dukungan Bersama
- Pemkab Gandeng Atlet Panjat Tebing Asian Games
- Biennale Jogja 18 Angkat Tema Kawruh, Tanah Lelaku dan Hadirkan 60 Seniman
- Jalur Trans Jogja ke Malioboro dan Lokasi Wisata Lainnya, 6 Oktober 2025
- Penggunaan Bahasa Jawa hingga Perlindungan Online Jadi Pondasi
Advertisement
Advertisement