Advertisement

Air Bersih Mahal, Warga di Gunungkidul Terpaksa Mengais Air dari Sumur Bekas

Herlambang Jati Kusumo
Jum'at, 14 September 2018 - 16:20 WIB
Arief Junianto
Air Bersih Mahal, Warga di Gunungkidul Terpaksa Mengais Air dari Sumur Bekas Warga mengambil air dari bekas sumur bor di Dusun Baturturu, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Jumat (14/9/2018). - Harian Jogja/Herlambang Jati Kusumo

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kekeringan yang berkepanjangan dan mahalnya harga air bersih dari tangki di Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul memaksa warga mengais air dari liang bekas sumur bor.

Salah seorang warga di Dusun Baturturu, Pariman, 55, mengaku jika mengandalkan beli air bersih dari tangki terasa berat, karena harurs mengeluarkan biaya hingga Rp350.000 per tangki. Mahalnya harga air tangki tersebut dinilai karena pengaruh geografis Mertelu. “Memang mahal karena di sini aksesnya sulit. Biasanya untuk satu tangki itu ya habis dalam waktu tiga minggu sampai satu bulan,” kata Pariman, Jumat (13/9/2018).

Advertisement

Guna mengurangi pengeluaran membeli air bersih itu warga memanfaatkan sumber air yang masih tersisa, seperti sumur warga area persawahan, bak penampungan yang digunakan menampung bantuan air, dan bekas sumur bor yang debitnya rendah sehingga masih ada air.

Salah satu sumber air yang kini dimanfaatkan Pariman yaitu bekas sumur bor yang berdiameter sekitar 30 sentimeter. Mulut liang yang kecil membuat warga harus bersabar.

Biasanya warga menggunakan bekas kaleng biskuit yang ditali dengan bantuan dorongan menggunakan bambu kecil, agar kaleng tersebut dapat menjangkau air. “Untuk memenuhi jeriken air 10 liter butuh waktu sekitar 30 menit. Biasanya digunakan masak dan minum, nanti yang mandi sama mencuci menggunakan air yang ada di sumur,” ujar dia.

Warga Desa Mertelu mengambil air dari bekas sumur bor.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Desa Mertelu, Heri Cahyana mengatakan kekeringan sudah terjadi sekitar lima bulan terakhir ini. Harga air tangki di beberapa titik juga terlampau mahal. “Benar ada yang sampai Rp350.000/tangki, terutama yang kondisi geografisnya sulit dijangkau, sini kan rata-rata pegunungan. Jadi mobil tangki kesulitan. Hampir 80% masyarakat disini yang kurang akhir,” kata Heri.

Heri mengaku saat ini pihaknya juga tidak mampu memberi subsidi untuk pembelian air tangki lantaran minimnya anggaran yang dimiliki oleh desa. Hanya saja Pemdes setiap tahunnya menganggarkan sumur untuk pemenuhan air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Mendag Sebut Kemendag Tak Tinggal Diam Mengetahui Perdagangan Pakaian Bekas Impor Kembali Marak

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 14:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement