Advertisement
ABRASI PANTAI SAMAS : Dua Kali Rubiyem Kehilangan Rumah

Advertisement
http://www.harianjogja.com/?attachment_id=420075" rel="attachment wp-att-420075">http://images.harianjogja.com/2013/06/abrasi-PANTAI-SAMAS-DESI-SURYANTO.jpg" alt="" />Malang betul nasib Rubiyem, salah satu korban abrasi di Pantai Samas Bantul. Dua kali sudah perempuan 55 tahun itu kehilangan tempat tinggalnya akibat ditelan bencana alam. Kini ia terlantar karena tak punya tempat tinggal.
Gelombang laut pantai selatan Bantul mulai mereda di hari ke dua. Setelah sebelumnya Senin (24/6/2013) malam, ombak bak tsunami setinggi hingga enam meter menerjang rumah penduduk dan merusak bangunan yang selama ini menjadi tempat tinggal warga diantaranya rumah Rubiyem. Namun tak begitu dengan jiwa Rubiyem. Ia terus diliputi kegundahan.
Advertisement
Dua kali Harian Jogja menyambangi Pantai Samas sejak hari pertama kejadian, wajah Rubiyem masih saja murung memandangi puing-puing bekas bangunan rumahnya yang kini tinggal kerangka. Di tengah tumpukan sampah dan puing bangunan yang dihempas gelombang pantai selatan, Rubiyem bersama sejumlah ibu-ibu lain yang menjadi korban bencana abrasi meratapi nasib mereka sembari saling menguatkan.
Saat malam tiba, perempuan yang hidup sendirian itu harus tidur di bawah pohon menjaga harta bendanya yang masih tersisa karena tak ada lagi tempat tinggal. Tak ada selimut layak untuk menangkis dingin angin malam laut selatan. Bantuan darurat yang dijanjikan pemerintah seperti selimut dan tenda tak kunjung tiba.
Kehilangan rumah pada malam nahas Senin (24/6/2013) lalu bukan kali pertama dirasakan Rubiyem. 2008 silam, sebuah rumah miliknya yang terletak di dekat Pantai Samas musnah ditelan keganasan ombak laut selatan.
“Waktu itu rumah saya habis kena ombak, lalu pindah ke rumah yang sekarang. Sebenarnya punya adik saya, saya yang nempati. Ternyata habis juga, sekarang sudah nggak ada lagi tempat tinggal,” tuturnya ditemui Rabu (26/6/2013).
Kini ia hanya berharap uluran tangan pemerintah. Rubiyem sangat menanti-nanti kabar gembira dari pemerintah bahwa akan ada relokasi bagi para warga yang menjadi korban abrasi ke lahan dan rumah yang baru. Meski di sisi lain, kebijakan tersebut tak selamanya positif bagi warga.
“Serba salah juga, kalau terlalu jauh tinggalnya mau kerja apa. Saya nggak punya lahan. Kalau tinggal di sini kan masih bisa jualan makanan, minuman dan penitipan motor,” pungkasnya.
Kisah pilu korban bencana abrasi juga diceritakan Yatiman, 38. Yatiman kini harus menumpang tidur di pelataran rumah tetangga karena tak ada tempat tinggal. Ia tidur beralas tikar bersama isterinya karena sebagian harta bendanya seperti kasur telah hilang dibawa ombak.
“Sudah tiga malam ini tidur di luar, nggak ada selimut cuma sarung. Pakai tikar tipis ini,” kata dia sembari menunjuk tikar plastik warna hijau miliknya.
Yatiman sedianya memiliki dua anak perempuan yang telah menikah, diantaranya tinggal di Gunungkidul. Ia juga mempunyai keluarga dekat di daerah Pajangan Bantul.
“Tapi saya nggak mau merepotkan, keluarga saya juga orang miskin. Kalau di dekat sini nggak ada keluarga, jadi nggak ada tempat tinggal,” ujarnya yang telah mempunyai rumah di Samas sejak 1998 itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Serangan Israel, Warga Palestina yang Tewas Tembus 65.000 Jiwa
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- PGRI Sleman Berharap Ada Bimtek Digitalisasi Pendidikan
- Sri Sultan HB X: Kita Harus Lebih Peka Terhadap Kondisi Masyarakat
- Nelayan Kulonprogo Jarang Melaut karena Angin dan Ombak Tinggi
- Kuota Sampah Kota Jogja di TPA Piyungan Tersisa 2.400 Ton
- Sampah dari Jogja Dibuang ke TPST Piyungan, Sultan: Sampai Akhir 2025
Advertisement
Advertisement