Advertisement
WISATA BANTUL : Suasana Desa dengan Layanan Bak Hotel Berbintang

Advertisement
Wisata Bantul Tembi ini melaju ke tingkat Asean mewakili DIY.
Harianjogja.com, BANTUL-Desa Wisata Tembi, Sewon, Bantul bakal melaju ke tingkat ASEAN mewakili DIY, berkat kesuksesan mengelola homestay layaknya hotel berbintang. Keuntungan ekonomi dari desa wisata ini tak masuk ke kantong pengusaha besar, tetapi masyarakat setempat.
Advertisement
Rumah bergaya tradisional Jawa bertebaran di salah satu sudut Dusun Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul. Suasana khas perdesaan berupa hamparan sawah, pepohonan rindang di kiri kanan halaman rumah menambah kuat suasana asri. Orang mengenal kampung ini sebagai Desa Wisata Tembi.
Rupa rumah Jawa sekilas sangat khas desa, namun pelayanan di dalamnya bak hotel berbintang. Ada pendingin ruangan yang terpasang di 12 rumah tradisional itu, ada springbed empuk dengan seprai lembut untuk tidur serta air hangat untuk mandi tamu. Bedanya dengan hotel, pengunjung dapat menikmati suasana desa bersama-sama penduduk sekitar, belajar membatik atau membuat barang kerajinan lainnya. Pengalaman ini tidak akan didapatkan di hotel berbintang di kota-kota besar.
Desa Wisata Tembi kali pertama berdiri selepas gempa 2006.
“Awalnya terinsipirasi dengan D’Omah Hotel [homestay milik perorangan] yang ada di dekat sini. Homestay bergaya desa tetapi laris,” ujar Sahli Sopandi, mengisahkan perjalanan desa ini Senin siang di sebuah gazebo pinggir sawah, Kamis (4/12/2015).
Dia adalah salah satu pengelola Desa Wisata Tembi. Tokoh warga setempat bernama Daud Subroto kali pertama menyewakan rumahnya untuk penginapan.
“Ternyata lama-lama banyak yang datang,” tutur pria yang akrab disapa Acuy itu. Langkah Daud diikuti tetangganya yang lain. Jadilah Dusun Tembi dikenal sebagai sentra homestay di kawasan DIY selatan. Pada 2008 lalu, Gubernur DIY meresmikan dusun ini sebagai Desa Wisata Tembi.
Kini, ada 12 rumah tinggal yang disewakan dan dikelola secara modern layaknya hotel berbintang. Belasan rumah itu dikelompokkan menjadi beberapa kawasan dengan nama beragam. Yaitu Omah Tembi, Tembi Village, Yapi Kayu dan Kampung Tembi. Di luar 12 rumah itu, masih ada 62 rumah penduduk yang siap disewakan ke tamu yang menginap.
“Khusus 62 rumah itu tidak ada pendingin ruangan, ini khusus bagi tamu yang memang ingin menikmati suasana desa tanpa AC [air conditioner],” ucap bapak dua anak itu.
Puluhan rumah termasuk 12 homestay dikelola oleh satu manajemen dengan nama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tembi.
Daud Subroto didaulat sebagai ketua paguyuban. Kelompok beranggotakan warga setempat ini bekerja layaknya pengelola hotel. Mereka mempromosikan desa wisata melalui internet dan melayani tamu yang hendak menginap.
“Tamu yang datang kami persilakan memilih mau menginap di rumah mana. Kalau seandainya 12 homestay penuh kami arahkan ke rumah-rumah warga non-AC. Atau sebaliknya, kalau rumah warga penuh bisa diarahkan ke 12 homestay tadi. Kami juga bisa arahkan ke Rumah Budaya Tembi yang juga menyediakan penginapan tapi manajemennya dikelola sendiri. Jadi tetap ada kebersamaan di antara warga pemilik homestay,” Acuy bersemangat menjelaskan.
Saat musim libur, puluhan homestay ini penuh dijejali tamu. Tak jarang pengelola menolak tamu yang hendak menginap. Bahkan di hari biasa tidak jarang penginapan penuh. Misalnya pada Kamis kemarin, 12 homestay itu penuh tamu menginap dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
“Sudah sebulan anak-anak muda peserta pelatihan dari Kemenpora itu menginap di sini,” tutur pria yang bertugas di Bagian Operasional Desa Wisata Tembi itu.
Saban tahun, tamu dari kalangan korporasi atau lembaga pemerintah semakin banyak berdatangan ke Tembi. Lainnya tamu perorangan termasuk dari wisatawan mancanegara. Kendati layanan bak hotel berbintang, tarif yang dipasang jauh lebih murah dari harga menginap di hotel bintang. Untuk homestay non-AC dikenakan Rp200.000 per malam berkapasitas empat orang. Sedangkan 12 rumah berfasilitas lengkap mengenakan tarif masing-masing Rp300.000-Rp450.000 per malam. Kapasitas satu rumah maksimal delapan orang.
Keuntungan jutaan rupiah per bulan itu tidak masuk ke kantong pengusaha besar seperti pemilik hotel berbintang, tetapi dinikmati oleh warga setempat yang rumahnya dipilih sebagai tempat menginap.
“Kalau di hotel kan yang punya satu orang kalau di sini banyak, jadi keuntungannya juga untuk masyarakat setempat. Hanya manajemennya yang jadi satu seperti promosi homestay,” Acuy menambahkan.
Kesuksesan warga Tembi mengelola desa wisata yang berdampak positif bagi ekonomi masyarakat menuai hasil. Belum lama ini, Desa Wisata Tembi menggondol prestasi membanggakan. Desa Wisata Tembi terpilih sebagai juara lomda desa wisata se-DIY. Januari 2016, Tembi akan bertarung dengan desa wisata lainnya di tingkat ASEAN. Pengelola bakal mewakili DIY ke Filipina dalam ajang bergengsi itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Prabowo Ungkap Penerapan Tarif Trump untuk Indonesia yang Saling Menguntungkan
Advertisement

Berwisata di Tengah Bediding Saat Udara Dingin, Ini Tips Agar Tetap Sehat
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Ringkus Pelaku Penggelapan Sepeda Motor di Mergangsan Jogja
- Disdikpora Kulonprogo Belum Terima Laporan Penutupan SMP Maarif Yani, Ini Tanggapan Pihak Yayasan
- Banyak Sekolah Negeri di Kulonprogo Kekurangan Siswa, Bupati Ajukan Opsi Regrouping
- Lulusan Sarjana Jadi Pengangguran Terbanyak Kedua di Bantul
- Kepala Pilar Tol Jogja-Solo Ditargetkan Selesai Dikerjakan Agustus 2025
Advertisement
Advertisement