Advertisement
BEDAH BUKU : "Bukan Semillah", Ketika Seorang Mantan Wartawan Menulis Kisah Hidup Wanita Penjudi

Advertisement
Bedah buku Bukan Semillah yang ditulis mantan wartawan, Nadine T, berkisah tentang kehidpan wanita penjudi
Harianjogja.com, SLEMAN – Pengalaman menjadi seorang jurnalis membawa Nadhiroh ingin mendokumentasikan beberapa penggalan kisah. Salah satunya kisah seorang perempuan penjudi yang lahir pada tahun 1945.
Advertisement
“Inem, demikian saya menulis sosok perempuan itu. Novel ini memang terinspirasi kehidupan salah satu perempuan penjudi. Namun penjudi ini akhirnya sadar,” kata Nadhiroh saat bedah buku berjudul “Bukan Semillah” terbitan Diva Press di Gedung Teatrikal Kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Rabu (3/2/2016).
Pemilik nama pena Nadine T ini mengaku beberapa tulisannya ini memang terisnpirasi saat dirinya menjadi wartawan Solopos pada tahun 2004 hingga 2013 silam. Dia lama memegang rubrik ‘Khasanah’.
“Dulu sering bertemu orang yang mendapatkan jalan hidayah saat menjadi wartawan. Semua itu saya rangkum dalam sebuah novel ini. Novel ini akan mengantarkan pembaca pada pengalaman baru yang tentu belum semua orang akan merasakannya,” jelas perempuan berjilbab itu.
Ibu tiga anak ini menuturkan novel religi ini seolah ingin menjawab tantangan novel serius di era novel popular ini. “Ini tantangan bagi saya dan sekaligus ajakan agar lebih banyak orang kembali menulis novel serius,” tambahnya.
Redaktur Pelaksana Fiksi Diva Press, Nisrina Lubis mengaku tema novel religi ini memang tergolong berat untuk dibaca. Namun pihaknya meyakinkan susunan katanya akan sangat mudah dipahami.
"Penulisnya mantan wartawan. Jadi dia sudah sangat terbiasa dengan penulisan popular dan mudah dipahami. Jadi saya yakinkan novel ini bisa diterima di kalangan anak muda, mulai siswa SMA hingga usia 40 tahun,” jelas Nisrina.
Nisrina menjelaskan novel ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Inem. Dia lahir dan besar di lingkungan penjudi. Hal ini membuat Inem akrab dengan kartu-kartu bahkan hingga Inem dikaruniai anak dia tidak bisa lepas dari perbuatan itu.
“Judi seolah telah mendarah daging, kemiskinan, hingga utang pada rentenir adalah makanan sehari-hari bagi Inem. Bangun tidur untuk bekerja, pulang sore, lalu menghabiskan upah di meja judi menjadi hal biasa,” lanjut Nisrina.
Perbaikan nasib Inem hampir tidak ada, hingga kedatangan beberapa santri di daerahnya. Perlahan namun pasti ada perubahan yang dilakukan Inem pada akhirnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Targetkan Bangun 120 Kilometer Jalan Desa Setiap Tahun
- Gunungkidul Raup Rp214 Juta dalam 2 Hari Kunjungan Wisatawan, Destinasi Pantai Tetap Jadi Favorit
- Catat! Ini Jalur Trans Jogja, Melewati Tempat Wisata, Rumah Sakit dan Kampus
- Di Kulonprogo, Ditemukan Banyak Calon Penerima BSU Rekeningnya Tidak Aktif
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 30 Juni 2025: Kunjungan Wisatawan, Impor Sapi hingga Muhammadiyah Bencana Buka Bank Syariah
Advertisement
Advertisement