Advertisement
AIR BERSIH JOGJA : Air Tanah Tersedot, Kepadatan Tanah Terpengaruh, Apa Akibatnya?

Advertisement
Air bersih Jogja butuh pendekatan ekohidrologi
Harianjogja.com, JOGJA - Masalah berkurangnya sumber air di Jogja semakin kompleks. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tidak menampik, fakta itu disebabkan penyedotan air tanah secara besar-besaran oleh sejumlah tempat usaha seperti hotel dan apartemen.
Advertisement
Butuh pendekatan ekohidrologi dalam menangani penyusutan air tanah di Jogja. Persoalan itu akan dibahas dalam workshop yang dihelat LIPI di Hotel New Saphir, mulai Rabu (12/10/2016) hari ini hingga Jumat (14/10/2016).
Peneliti Senior LIPI, Ignasius Dwi Atmana Sutapa menambahkan, dampak yang harus ditanggung Jogja dengan pengurasan air tanah ini akan mempengaruhi kepadatan tanah. Tanah Jogja dimungkinkan secara perlahan akan ambles karena kepadatan tanah terus berkurang alias menjadi labil.
"Ekstraksi habis-habisan terjadi penurunan permukaan tanah menjadi ambles seperti terjadi di Jakarta," ucap pria yang juga menjadi Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE) United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
(Baca Juga : http://www.harianjogja.com/baca/2016/08/18/5-kecamatan-di-jogja-rawan-krisis-air-bersih-ini-tanggapan-walikota-745541">5 Kecamatan di Jogja Rawan Krisis Air Bersih, Ini Tanggapan Walikota)
Adanya pembangunan hotel dan apartemen, kata dia, diikuti dengan berkurangnya kawasan konservasi. Tak terkecuali perubahan tata guna lahan dari pertanian menjadi non pertanian menjadi penyebab kawasan tangkap air semakin menurun kapasitasnya. Oleh karena itu butuh pendekatan ekohidrologi untuk mengatasi persoalan air di Jogja.
Pendekatan ekohidrologi, kata dia, menekankan pada sistem solusi mengelola sumber daya air berkelanjutan. Salahsatunya perlu membuat grand design pengelolaan sumber daya air berbasis ekohidrologi sebagai sistem solusi yang menjamin keberlanjutan sumber daya air. Sekaligus perlu membangun sistem informasi sumber daya air permukaan dan bawah permukaan agar dapat diakses oleh masyarakat.
"Pendekatan yang penting untuk diakomodasi, yaitu pendekatan ekohidrologi,” terangnya.
Ia menilai, upaya pemerintah dalam menangani persoalan air di Jogja masih belum maksimal. Seringkali tata kelola air masih bersifat sektoral, parsial sehingga belum mampu menjawab keberlanjutan ketersediaan air.
"Padahal tata kelola pada intinya adalah interaksi antar pembuat kebijakan, kelompok masyarakat, kelompok yang melaksanakan proyek pemerintah, masyarakat sipil," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Jubir TPN Ganjar Mahfud Aiman Witjaksono, Penuhi Panggilan Polda Metro Jaya
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Ade Armando Singgung Politik Dinasti di Jogja, Ini Sejarah Keistimewaan DIY Penting untuk Diketahui
- Libur Akhir Tahun, Konsentrasi Wisatawan Disebar Tak Terpusat di Kota Jogja
- Jalur Alternatif ke Gunungkidul Dibuka saat Nataru, Tanpa Lewat Tanjakan Piyungan-Patuk
- Ade Armando Singgung Politik Dinasti di Jogja, Massa Aksi Ancam Copot Semua Baliho PSI di DIY
- Ratusan Mobil Angkutan Barang Terjaring Razia di Perbatasan Jogja
Advertisement
Advertisement