Advertisement
Kotagede Jadi Percontohan Pengelolaan Cagar Budaya Berbasis Masyarakat

Advertisement
Kotagede menjadi percontohan pengelolaan cagar budaya berbasis masyarakat
Harianjogja.com, JOGJA- Dinas Kebudayaan DIY mulai mensosialisasikan Badan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (BPKCB) Kotagede kepada masyarakat. Badan yang keanggotaannya didominasi oleh masyarakat itu akan mengelola, melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan budaya dan cagar budaya di kawasan Kotagede.
Advertisement
Kotagede merupakan salah satu dari enam kawasan cagar budaya yang sudah ditetapkan oleg Gubernur DIY melalui Peraturan Gubernur DIY. Lima lainnya, yakni Kraton, Pakualaman, Malioboro, Kotabaru, dan Imogiri.
“Yang baru dibentuk BPKCB baru di Kotagede, ini menjadi rintisan awal untuk membentuk BPKCB lainnya,” kata Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudyaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, disela-sela sosialisasi Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya di Pendopo Kota Tua, Kelurahan Purbayan, Kotagede, Jumat (9/12/2016).
Dian mengatakan BPKCB Kotagede merupakan lembaga non struktural yang dibentuk melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 224/Kep/2015, karena yang dikelola melingkupi dua wilayah, yakni Kota Jogja dan Kabupaten Bantul. Kelurahan Purbayan, Prenggan, dan Rejowinangun ada di wilayah Kota. Sementara Jagalan dan Singosaren di wilayah bantul.
Menurut Dian, alasan lainnya pembentukan BPKCB Kotagede karena partisipasi masyarakat Kotagede dalam merawat dan mengembangkan warisan dan cagar budaya di kawasan tersebut cukup tinggi baik dalam pelestarian budaya fisik maupun non fisik, baik yang dilakukan swadaya masyarakat, lembaga, atau pun instansi.
“Inginnya pemerintah tak harus nyekeli terus tapi masyarakat yang proaktif. Semangatnya masyarakat yang melestarikan akan lebih efektif dan terarah,” ujar Dian.
Ketua Badan Kebudayaan Kota Jogja yang juga Dewan Penasihat BPKCB Kotagede, Achmad Charis Zubair mengatakan Kotagede mempunyai kekayaan yang tidak dimiliki oleh wilayah lainnya.
Setidaknya ada lima potensi yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat, di antaranya Kotagede merupakan ibu kota kerajaan Mataram dan jejaknya hingga saat ini masih utuh, seperti masjid, istana Kraton, pemandian, dan makam.
Kemudian juga potensi arsitektur tradisional. Zubair mengklasifikasikan setidaknya ada tiga tiga tipe arsitektur kuno di wilayah Kotagede, “Potensi arsitektur bisa dilacak yaitu Hindu-Islam Jawa, Jawa Islam, dan Hindis yang masih terawat,” kata dia. Adapun potensi lainnya adalah kesenian, kuliner, dan nilai-nilai budaya sehari-hari di Kotagede.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Mantan Presiden AS Joe Biden Didiagnosis Kanker Prostat, Sudah Menyebar ke Tulang
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Tutup Tambang Pasir Ilegal Sungai Progo di Lendah, Mesin Sedot Diamankan
- Ditetapkan Melalui SK Bupati Gunungkidul, Ini Lokasi Pantai yang Jadi Habitat Penyu
- DPP Golkar Bangun Asrama Santri di Kampus Terpadu Muallimin, Bahlil: Ini Amal Jariah, Bukan Transaksi Politik
- Warga Wonosari Gunungkidul Ditemukan Meninggal Dunia di Ladang
- Tujuh Makam di Baturetno Bantul Dirusak, Warga Masih Cari Pelaku Lewat Rekaman CCTV Sekolah
Advertisement