Advertisement
Santri Pondok Pesantren Ar-Robithoh Ngemplak Deklarasikan Pemilu Damai

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-Santri dan warga di sekitar Pondok Pesantren Ar-Robithoh Ngemplak Wedomartani Sleman mendeklarasikan Pemilu Damai 2019, Kamis (8/11/2018). Perpecahan dan permusuhan akibat perbedaan pilihan hanya merugikan masyarakat.
Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Robithoh Ngemplak KH Mas'ud Masduki berharap agar proses penyelenggaraan Pemilu 2019 tidak memecah belah bahkan menjerumuskan masyarakat ke dalam perpecahan. Oleh karenanya, masyarakat harus terus diingatkan agar lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Advertisement
"Jangan saling menggunjing, tidak perlu menghujat satu sama lain. Kedepankan akhlakul karimah dan jangan merendahkan kelompok lain. Ini persoalan sepele, tapi sering dilupakan," katanya kepada wartawan, Kamis (8/11/2018).
Proses Pemilu, kata Rois Syuriah PWNU DIY itu, merupakan ujian bagi rakyat Indonesia untuk menjaga ukhuwah wathaniyah (persatuan bangsa). Rakyat Indonesia diminta untuk saling menghargai setiap perbedaan politik karena kemajemukan (suku, ras, agama dan antargolongan) saat ini merupakan nikmat hal yang perlu disyukuri.
"NKRI Negara besar. Itu harus disyukuri. Jangan dirusak dengan suasana yang tidak kondusif. Kedepankan akhlakul karimah, jaga ukhuwah islamiyah dan wathaniyah," kata Gus Uud sapaan akrab Mas'udi.
Meski para kyai memiliki hak otonomi atas pesantrennya, namun dia berharap agar pondok-pondok pesantren bisa menjadi mercusuar untuk mengajak masyarakat mengedepankan proses Pemilu yang damai dan berkualitas. Minimal ajakan tersebut dilakukan kepada masyarakat di sekitar pesantren. Saat ini sejumlah pesantren di Sleman seperti seperti Pesantren Ar-Robithoh sudah melakukan deklasi Pemilu Damai. Meski begitu, masalah deklarasi tersebut merupakan hak otonomi para kyai.
"Deklarasi itu bisa dimunculkan atau tidak. Ini ikhtiar. Tapi saya yakin para kyai dan masyarakat dengan nalurinya bisa mendukung proses Pemilu yang damai dan ikut bertanggung jawab untuk menjaga kesatuan bangsa," katanya.
Proses Pemilu merupakan urusan keummatan di mana setiap perbedaan pendapat dan persoalan yang muncul harus diselesaikan dengan musyawarah. Hal itu dilakukan agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap bisa dijaga. Oleh karenanya, masyarakat perlu memperkuat tali silaturahmi.
"Saya juga punya nafsu. Tapi jangan ikuti hawa nafsu agar tidak tersesat. Jangan ikuti syaitoniyah.
Gus Uud juga mendukung seruan dari Kementerian Agama Jogja agar masjid-masjid tidak dijadikan tempat masuknya kepentingan politik praktis dan pragmatis menjelang Pemilu 2019. "Itu seruan bagus agar masjid tetap menjadi penyangga dan sarana pemberdayaan umat. Jangan dijadikan tempat untuk politik praktis yang hanya memecah belah umat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ekspor Batu Bara Indonesia Terendah Selama 3 tahun Terakhir, Ini Penyebabnya
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Tarif dan Jalur Trans Jogja ke Lokasi Wisata di Jogja dan Sekitarnya, Cek di Sini
- Pasar Terban Jogja Disulap Jadi Rumah Pemotongan Hewan yang Modern dan Higienis
- BNPB Catat Dampak Cuaca Ekstrem Picu Bencana di DIY dan Bogor
- Syarat dan Lokasi Perpanjangan SIM di Jogja Selama Mei 2025
- Selain Sebut Bukan Mafia Tanah, Menteri ATR/BPN RI Klaim Tak Ada Aparatnya yang Terlibat dalam Kasus Mbah Tupon
Advertisement