Advertisement
Pergelarang Wayang Kulit Sengkuni Gugur Ditonton Mendagri

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Di sela-sela kunjungannya ke DIY, Menteri Dalam Negri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menyaksikan pergelaran seni wayang kulit yang digelar di Ndalem Notoprajan, Ngampilan, Jogja, Sabtu (1/12/2018). Pentas wayang kulit yang digelar oleh Organisasi Masyarakat (Ormas) Rasa Sejatining Inti Kemanusiaan (Rajatikam) itu mengambil lakon Sengkuni Gugur yang dibawakan oleh dalang Ki Catur Benyek.
Tjahjo Kumolo mengatakan pergelaran wayang kulit selalu identik dengan tokoh Pandawa dan Kurawa. Oposisi biner pun selalu dimunculkan dalam lakon-lakon tersebut, yakni Pandawa adalah kelompok baik (protagonis) dan Kurawa kelompok jahat (antagonis). Kedua kelompok tersebut kerap berseteru karena ulah dari salah satu tokoh pewayangan yang bernama Sengkuni. Watak yang dimiliki oleh Sengkuni, menurut dia adalah karakter yang gemar mengumbar kebencian dan gemar memfitnah. “Lakon Sengkuni cocok dengan keadaan tahun politik saat ini di mana ada orang-orang yang suka membuat isu-isu tak bertanggung jawab untuk menyudutkan lawan politiknya,” ujar Tjahjo.
Pergelaran wayang kulit tersebut, kata Tjahjo, bisa menjadi pengingat bahwa sosok Sengkuni telah muncul sejak dahulu kala. "Di perpolitikan juga ada Sengkuninya, di pemerintahan juga dan di ormas ada juga. Kalau dulu mungkin [Sengkuni beraksi] dengan omongan, sekarang [Sengkuni menyebarkan fitnah dan mengumbar kebencian] dengan bermain di media sosial," ucapnya.
Ketua Pelaksana Wayangan, Erika Kusuma, menyatakan pagelaran wayangan yang diadakan di Jogja kali ini merupakan permintaan langsung dari Tjahjo Kumolo. Pasalnya, Rajatikam, kata dia merupakan ormas yang secara langsung berada di bawah naungan Mendagri. “Kami hanya dimintai tolong untuk menggelar acara pentas wayang kulit pada 1 Desember di Jogja,” ucap Erika.
Ketua DPP Rajatikam, Elma Novita, mengatakan pergelaran wayang kulit tersebut sesuai dengan pembahasan rapat koordinasi yang digelar sebelumnya, yakni soal penyelarasan budaya dan agama. "Kebetulan tadi lebih ke penyelarasan budaya dan agama jadi membuat pagelaran wayang kulit sebagai pertunjukkan keseniannya. Karena setiap tahun kami gelar acara kesenian," katanya.
Disinggung soal lakon yang diusung dalam pagelaran wayang kulit tersebut, Elma menyebut lakon tersebut permintaan khusus dari Tjahjo. Pasalnya, organisasinya yang banyak anggotanya banyak didominasi perempuan, bukanlah merupakan organisasi berbasis partai politik (parpol). "Organisasi kami kan nonparpol dan tidak bepihak ke parpol manapun," ujarnya.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Tenggelam di Selat Bali, Ini Daftar Penumpang Kapal Tunu Pratama Jaya
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Keputusan MK Pemilu dan Pilkada Dipisah, Ini Respons KPU Sleman
- Gratis! Tol Jogja-Solo Ruas Klaten-Prambanan Resmi Dibuka Mulai Hari Ini 2 Juli 2025, Waktu Tempuh Hanya 10 Menit
- Jemaah Haji 2025 Asal Sleman: Kloter 65 SOC Pertama Datang di Bumi Sembada
- Pemulangan Jenazah Mahasiswa KKN-PPM UGM Korban Kapal Tenggelam Menunggu Pihak Keluarga
- Program Rumat Sampah dari Rumah Mampu Atasi Masalah Sampah di Purwokinanti Jogja
Advertisement
Advertisement