Advertisement
Warga Semanu Nekat Mengakhiri Hidup dengan Gantung Diri
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kasus bunuh diri dengan cara gantung diri kembali terjadi. Kali ini terjadi di Dusun Jelok, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Sutrisno Kardi, 60, Minggu (9/12/2018).
Kejadian sendiri diketahui anak korban, Sutirah, 34, sekitar pukul 06.00 WIB. Saat itu Sutirah mencoba mencari ayahnya yang biasa beraktivitas di sekeliling rumah, namun tidak kunjung ia temui. Awalnya ia tidak merasa curiga dan mencoba tetap mencari.
Advertisement
Saat mencoba mencari di belakang rumah, Ia sangat kaget lantaran mendapati ayahnya sudah melakukan aksi gantung diri. Sutirah lantas meminta bantuan warga sekitar.
Kapolsek Semanu AKP Ahmad Fauzi mengatakan setelah mendapat laporan dari warga, segera menerjunkan sejumlah anggota untuk melakukan pemeriksaan dan pendalaman data dari keluarga korban maupun saksi.
“Benar adanya salah satu warga kami ada yang melakukan gantung diri,” ujar Ahmad, Minggu (9/12/2018).
Bedasarkan informasi yang beredar dan dikantongi oleh petugas, selama ini korban memang ada gangguan psikologi atau trauma yang membuat dirinya tidak nyaman. Meski begitu, pihak kepolisian masih terus menggali informasi untuk mengetahui penyebab pasti. Disinggung mengenai jarak waktu korban meninggal dengan ditemukan, Ahmad masih menunggu hasil pemeriksaan dari tim medis.
Sementara itu, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Inti mata Jiwa (Imaji), Joko Yanu Widiasta mengatakan dengan kejadian tersebut total dari awal tahun hingga Desember ini sudah ada 27 kejadian bunuh diri dan satu percobaan bunuh diri.
Dikatakan Joko, melihat data 2015-2017 kejadian bunuh diri beberapa diantaranya dikarenakan dalam kondisi depresi, sakit fisik menahun atau kronis, dan masalah keluarga.
“Pintu masuk menanggulangi problema bunuh diri menurut kami perkuat ketahanan jiwa. Perkuat ketahanan jiwa bisa dilakukan dengan intensifkan edukasi kesehatan jiwa ke masyarakat,” katanya.
Selain itu, Joko mengatakan penting untuk memahamkan bahwa problem kesehatan jiwa dapat ditanggulangi secara medis. Ia mengajak masyarakat lain untuk tidak mendiskriminasi orang yang mengalami problem kesehatan jiwa, sehingga masyarakat tidak merasa terkena aib jika menghadapi masalah kesehatan jiwa.
“Meningkatkan pemahaman spiritualitas keagamaan memang diperlukan juga, tetapi pemahaman pentingnya kesehatan jiwa tidak boleh diabaikan, karena problema bunuh diri hakikatnya adalah masalah kesehatan jiwa yang belum tergarap dengan semestinya,” ujar Joko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jalan-jalan Keliling Destinasi Wisata, Cek Jalur Trans Jogja!
- Top 7 News Harianjogja.com Rabu 24 April 2024: PPDB Kelas Olahraga hingga Hasil Arsenal vs Chelsea Skor 5-0
- Rekrutmen Badan Ad Hoc Pilkada 2024 Dimulai, Bawaslu DIY Beri Catatan Ini untuk KPU
- Pelaku UMKM di Jogja Didorong Segera Urus Sertifikasi Halal Sebelum Oktober 2024
- Info Stok Darah dan Jadwal Donor Darah Rabu 24 April 2024 di PMI se-DIY
Advertisement
Advertisement