Advertisement
SKB Gunungkidul Jadi Rujukan Pendidikan Nonformal

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) milik Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul tidak hanya untuk mengurangi masalah pengangguran. Namun keberadaannya juga menjadi rujukan pendidikan nonformal di DIY.
Kepala Disdikpora Gunungkidul Bahron Rasyid mengatakan, SKB Gunungkidul menjadi salah satu percontohan nasional untuk menjadi rujukan pendidikan nonformal di wilayah DIY. “Untuk SKB rujukan, saya kurang hafal berapa, tapi untuk Gunungkidul menjadi rujukan di DIY,” kata Bahron kepada wartawan, Senin (7/1/2019).
Advertisement
Menurut dia, dengan dipilihnya SKB Gunungkidul oleh Pemerintah Pusat, maka sejak tahun lalu rutin mendapatkan bantuan pembangunan fasilitas gedung baru. Rencananya di tahun ini ada empat gedung yang dibangun untuk fasilitas kegiatan belajar di SKB. “Dengan ruang kelas yang semakin memadai. Harapannya peran dari SKB dapat dimaksimalkan,” ungkapnya.
Bahron menjelaskan, kegiatan belajar di SKB tidak hanya untuk kesetaraan pendidikan melalui kejar paket B dan C. Namun, sambung dia, berbagai pelatihan tentang kecakapan hidup juga diberikan seperti menjahit, memasak, rias pengantin, pangkas rambut hingga les vocal.
Disinggung mengenai les vocal di SKB, Bahron mengakui pelatihan ini diberikan mengacu pada keberadaan musik campursari yang sempat berjaya. Oleh karenanya, pelatihan tersebut diberikan dengan harapan dapat mencetak penyanyi-penyanyi campursari baru.
“Dan terbukti benar karena sudah banyak alumni les vocal yang menjadi penyanyi, baik dangdut maupun campursari, meski tatarannya masih ditingkat lokal,” katanya.
Bahron menambahkan, keberadaan SKB sangat membantu, baik untuk program kesetaraan pendidikan maupun upaya mengurangi tingkat pengangguran di Gunungkidul. “Harapannya SKB terus berkembang dan memberikan manfaat bagi orang banyak,” katanya.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Gunungkidul, Wahyu Pradana Ade Putra mengatakan, peran dari SKB harus terus ditingkatkan karena keberadaannya berfungsi dengan optimal. Menurut dia, hingga sekarang gaung dari SKB malah semakin berkurang dibandingkan pada saat awal berdiri.
“Dulu kegiatan sangat hidup karena saya pernah berlatih bela diri di halaman SKB, tapi sekarang kegiatan yang dimiliki tidak begitu terlihat,” katanya.
Ade pun berharap kepada disdikpora untuk benar-benar mengelola SKB sehingga keberadaannya dapat memberikan manfaat. “SKB sebagai wadah untuk memfasilitasi pendidikan nonformal memang harus dijalankan sehingga keberadaannya bisa benar-benar dirasakan,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Tebing Longsor, Kereta Jakarta-Jogja Dialihkan lewat Bandung, Ini Daftarnya
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Permudah Pelanggan KRL, KAI Commuter Line Luncurkan Aplikasi C-Access
- 100 Pemuda Ikuti Latihan Kepemimpinan di Jogja
- Dispar DIY Genjot Kunjungan Wisatawan di Desember Ini
- Tak Melulu di Malioboro, Dispar DIY Sebut Desa Wisata Kini Jadi Favorit Wisatawan
- Tak Kantongi Izin Kepolisian, Empat Agenda Kampanye di Jogja Batal
Advertisement
Advertisement