Advertisement

21,8% Warga Tidak Paham Jalur Evakuasi yang Tepat di Merapi

Sunartono
Senin, 28 Januari 2019 - 15:17 WIB
Sunartono
21,8% Warga Tidak Paham Jalur Evakuasi yang Tepat di Merapi Ilustrasi foto kubah lava baru Merapi - Ist/BPPTKG

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN - Sebanyak 21,8% warga sekitar lereng merapi masih ada yang belum memahami jalur evakuasi yang tepat untuk menyelamatkan diri ketika gunung berapi itu mengalami peningkatan aktivitas. Hal itu terungkap dalam penelitian Dwi Handayani Dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) dengan judul Analisis Dinamika Evakuasi saat Bencana Letusan Gunung Api-Studi Kasus Gunung Merapi, Sleman.

Dwi menjelaskan, sosialisasi terhadap warga lereng merapi harus terus ditingkatkan terutama dalam hal persiapan evakuasi. Berdasarkan hasil penelitiannya masih ada waraga yang belum mengetahui secara tepat jalur evakuasi, dengan jumlah persentase 21,8% yang tidak paham, sedangkan sebanyak 78,2% telah memahami jalur. Penelitian itu dilakukan dengan mengambil sebanyak 417 responden warga lereng merapi. "Ternyata masih ada juga warga yang kurang memahami jalur evakuasi," terangnya dalam rilis yang diterima Harian Jogja, Senin (28/1/2019).

Advertisement

Ia menambahkan, selain itu masih ada sekitar 18% warga yang tidak memiliki kendaraan untuk mengevakuasi diri, sedangkan tercatat 81,5% yang memiliki kendaraan. Terdiri atas motor 75,6%, motor dan mobil sebanyak 5,8%. Warga yang memilih evakuasi dengan kendaraan pribadi sebanyak 64,7%. "Soal jumlah hewan piaraan warga yang juga harus diperhatikan dalam evakuasi ini, hasilnya ada 75,8% warga memiliki hewan piaran dan 24,25 tidak memiliki. Dari angka yang memiliki itu paling banyak sapi 40,41% dan unggas 34,5%," katanya.

Dwi berharap hasil penelitiannya bisa menjadi referensi bagi pemerintah untuk melakukan persiapan evakuasi. Penelitiannya menghasilkan beberapa usulan perbaikan terhadap sistem evakuasi bencana letusan Gunung Merapi antara lain, skenario terbaik untuk meminimalkan jumlah korban jiwa saat bencana letusan berdasarkan kasus 2010 adalah skenario nomor satu, yaitu menambah persentase masyarakat siap.

"Apabila mampu menekan egress time dibawah 15 ticks atau 56,2 menit, setelah letusan terjadi maka, skenario berdasarkan hasil simulasi terbaik untuk meminimalkan korban jiwa maupun memaksimalkan jumlah persentase penduduk yang selamat. Membangun bangunan non-permanen misalnya untuk kegiatan pariwisata pada zona KRB III masih dapat dilakukan selama seluruh elemen masyarakat mampu bersikap waspada, tanggung jawab dan tangguh terhadap bencana letusan gunung Merapi," kata wanita dengan gelar doktor ini.

Selain itu, lanjutnya, perlu menemukan pola mekanisme interaksi masyarakat saat evakuasi bencana erupsi gunung Merapi kemudian melakukan simulasi dan menganalisis dinamika sistem evakuasi bencana letusan melalui beberapa skenario. Lalu menguji keefektifan sistem evakuasi dan zonasi dalam upaya mitigasi risiko evakuasi tersebut melalui pemodelan simulasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

4 Anak di Jagakarsa Ditemukan Tewas di Kamar, Pelaku Diduga Orang Tua Kandung

News
| Rabu, 06 Desember 2023, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Wisata Bangkok, Menikmati Senja di Sungai Chao Phraya

Wisata
| Jum'at, 01 Desember 2023, 21:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement