Advertisement

Bukit Desa Banjaroya Kulonprogo Retak Sepanjang 20 Meter

Jalu Rahman Dewantara
Jum'at, 08 Maret 2019 - 06:45 WIB
Budi Cahyana
Bukit Desa Banjaroya Kulonprogo Retak Sepanjang 20 Meter Retakan tanah di Dusun Tonogoro, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo. - Harian Jogja/Jalu Rahman Dewantara

Advertisement

Harianjogja.com, Kalibawang—Lereng bukit di Dusun Tonogoro, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo, retak sepanjang 20 meter dengan lebar 10 sentimeter. Tanah di sekitar lokasi juga ambles dengan kedalaman mencapai 30 sentimeter.

Kepala Dusun Tonogoro, Nuryanti mengatakan peristiwa ini pertama kali diketahui oleh warga setempat pada Minggu (3/3/2019). Amblesnya tanah diduga akibat hujan deras mengguyur wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir. Sementara, retakan sudah muncul sejak beberapa tahun silam, tetapi kian memanjang seiring perjalanan waktu. 

Advertisement

Meski tidak menimbulkan kerugian, peristiwa ini tetap mengkhawatirkan warga lantaran amblesnya tanah di lokasi tersebut bukan kali pertama terjadi. Apalagi musim hujan belum bisa diprediksi kapan bakal berganti. Kondisi ini berpotensi menimbulkan longsoran yang bisa menimpa empat rumah yang tak jauh dari lokasi retakan.

Keempat rumah tersebut masing-masing milik Sukijan, 45, yang tepat berada di atas lereng bukit dengan jarak sekitar lima meter dari lokasi retakan, dan rumah Sujari, 65, Turdi, 70, serta Sumiyadi, 60, yang lokasinya di bawah lereng dengan jarak kurang lebih 20 meter.

“Yang menghuni empat rumah itu totalnya ada 14 orang, takutnya kalau makin parah dan hujan masih ada nanti bisa ada longsor yang lebih besar,” kata Nuryanti saat ditemui awak media di lokasi retakan, Rabu (6/3/2019).

Nuryanti mengatakan peristiwa serupa pernah terjadi di lereng bukit tersebut pada 2018 lalu. Dampaknya lebih parah dibandingkan peristiwa kali ini. Amblesnya tanah mengakibatkan jalan dusun berbahan semen di bawah lereng mengalami retak-retak. Jalan tersebut juga sempat tertutup reruntuhan tanah sehingga mengganggu mobilitas masyarakat.

“Sebenarnya hampir semua titik di dusun ini rawan, setiap turun hujan pasti longsor, meski tidak selalu besar, kadang juga cuma longsoran kecil, tapi tetap mengkhawatirkan.”

Pemerintah kecamatan hingga aparat di dusun sudah turun tangan untuk mencari solusi. Namun belum membuahkan hasil. Untuk sementara waktu hanya imbauan agar masyarakat di lokasi rawan mengungsi jika terjadi hujan yang berkepanjangan.

Salah satu warga Dusun Tonogoro, Sukijan, yang rumahnya paling dekat dengan lokasi retakan tanah, mengaku khawatir jika kondisi ini terus berlanjut bakal merusak huniannya. Laki-laki yang bermata pencaharian petani ini pun hanya bisa pasrah. Jika hujan melanda wilayah tersebut, dia beserta sang istri, Sumarmi, 58, memilih untuk mengungsi di rumah kerabat.

“Selain retakan di bawah, di sebelah rumah saya juga ada tebing yang sewaktu-waktu bakal longsor, kemarin sempet ambruk tapi tidak terlalu besar, buat antisipasi kami ngungsi di rumah saudara,” kata Sukijan.

Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo, Ariadi mengatakan retakan yang disusul amblesnya tanah di  Dusun Tonogoro merupakan peristiwa tahunan yang kerap terjadi saat hujan melanda wilayah tersebut. Retakan diketahui telah muncul pada 2015 lalu. Jawatannya juga sudah terjun ke lokasi untuk melakukan peninjauan.

Berdasarkan hasil penilaian BPBD,  proses pergerakan tanah tersebut masih tergolong aman dan merupakan peristiwa alam yang lumrah terjadi. Meski demikian, BPBD tetap akan melakukan pemantauan dengan menerjunkan tim TRC. Selain itu sebagai antisipasi, pemasangan early warning system (EWS) longsor di lokasi tersebut tengah dalam pembahasan.

“Kami juga berencana menggandeng UGM untuk meneliti lokasi tersebut untuk menemukan solusi atas hal itu, tapi yang pasti untuk saat ini tidak perlu ada relokasi karena masih tergolong aman,” ucap Ariadi.

Selain Kecamatan Kalibawang, wilayah rawan longsor juga banyak ditemui di Kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Sejauh ini antisipasi yang dilakukan BPBD berupa pemasangan EWS dan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana). Untuk jangka panjang, Ariadi mengimbau agar masyarakat di lokasi rawan bisa menjaga alam dan melakukan penanaman pohon sebagai pengikat tanah yang bisa meminimalkan risiko longsor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Banjir Rendam 2 Sekolah di Kulonprogo

Banjir Rendam 2 Sekolah di Kulonprogo

Jogjapolitan | 2 hours ago

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Buka Suara Terkait Penetapan Tersangka, Siap Hadapi Kasus Hukum dengan Kepala Tegak

News
| Kamis, 26 Desember 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

Waterboom Jogja Kebanjiran Pengunjung di Libur Natal, Wahana Baru Jadi Daya Tarik

Wisata
| Selasa, 24 Desember 2024, 16:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement