Advertisement

Peringatan Hari Lansia: Semangat Tak Kalah dengan Yang Muda

Jalu Rahman Dewantara
Senin, 17 Juni 2019 - 07:57 WIB
Budi Cahyana
Peringatan Hari Lansia: Semangat Tak Kalah dengan Yang Muda Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2019 tingkat DIY di kawasan Laguna Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, pada Minggu (16/6/2019). - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2019 tingkat DIY dipusatkan di kawasan Laguna Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, pada Minggu (16/6/2019). Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Jalu Rahman Dewantara.

Ribuan orang yang kebanyakantelah berusia lanjut berkumpul di lapangan Laguna Pantai Glagah, Minggu pagi. Mereka bersiap mengikuti senam massal memeriahkan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2019 tingkat Provinsi DIY.

Advertisement

Dipandu sejumlah instruktur senam, para lansia itu berbaur dengan masyarakat lainnya. Secara bersamaan, mereka berlenggak-lenggok selama kurang lebih 30 menit. Meski saat itu terik Matahari begitu menyengat, mereka tetap antusias mengikuti kegiatan. Bahkan saat iringan musik senam berhenti, penanda senam usai, para lansia ini justru ingin tambah lagi.

"Waduh, sekali lagi dong," seru salah seorang lansia dari kerumunan yang kemudian disusul nada serupa. Akhirnya, senam dilanjutkan beberapa menit.

Senam itu merupakan kegiatan pembuka HLUN. Setelah senam, sejumlah kegiatan dihadirkan. Mulai dari hiburan seni tradisional, hingga lomba yang diikuti para lansia.

Ada sejumlah hiburan yang disajikan dalam kegiatan ini. Salah satunya dari kelompok kesenian Tari Angguk Rejowinangun, asal Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulonprogo. Yang unik dari kelompok ini, mayoritas anggotanya adalah laki-laki berusia lebih dari 50 tahun. "Termuda di kami itu 30, sedangkan yang paling tua saya, 80 tahun," ujar Weknyo Diharjo, ketua merangkap pelatih Rejowinangun.

Sejak 1950 an, Weknyo begitu pria itu kerap dipanggil merupakan seniman Tari Angguk pria. Jiwa seninya diwariskan dari sang ayah yang juga merupakan seniman tari. Ayahnya inilah yang membidani lahirnya kelompok Rejowinangun. "Dulu Tari Angguk masih dilakoni pria, kini bergeser ke perempuan, tapi kami tetap bertahan demi kesenian," kata dia.

Di usianya sekarang, tenaga Weknyo tentu sudah tak sekuat dulu. Namun semangatnya untuk melestarikan seni masih ada. Semangat inilah yang diharapkan selalu muncul dari para lansia. Itu juga yang melandasi lahirnya HLUN.

HLUN diperingati setiap 29 Mei. Pencanangan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang pada 29 Mei 1996. Ini dilakukan guna menghormati jasa Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Saat ini, HLUN terus diperingati sebagai wujud kepedulian dan penghargaan terhadap orang lanjut usia. Merujuk Undang-Undang No. 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia, lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas.

Pemerintah di seluruh daerah di Indonesia memperingati HLUN dengan kegiatan yang melibatkan orang lanjut usia, seperti acara senam bersama, berbagai perlombaan, dan penyerahan paket bantuan bagi orang lanjut usia. Tiap tahunnya, peringatan HLUN menggunakan tema yang berbeda.

Untuk tahun ini peringatan HLUN mengangkat tema Lanjut Usia Mandiri, Sejahtera dan Bermartabat. Hal itu bertujuan agar masyarakat khususnya keluarga tidak menjadikan para lansia sebagai beban, tetapi bagaimana memperlakukan lansia agar lebih baik. Dengan memelihara kesehatan lansia, dan menjaga kebutuhan minatnya, para lansia masih bisa berkarya selama mungkin dan sebisa mungkin.

"Para Lansia jika diopeni benar kesehatannya, diberi kegiatan sesuai dengan minatnya akan gembira, lebih sehat dan lebih berkarya. Dengan begitu, upaya untuk mewujudkan lansia yang mandiri dan sejahtera, juara lahir dan batin bisa terwujud,"  ujar Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial (Dinsos) DIY Peni Sumarwati di sela-sela acara.

Menurutnya, jika kondisi para lansia sehat dan berdaya, masyarakat juga bisa mewujudkan kesejahteraan. Oleh karenanya, para generasi muda dituntut memahami dan menghargai kondisi lansia. "Peringatan HLUN ini tidak hanya melibatkan lansia dan orang tua, tetapi juga generasi muda yang aktif," katanya.

Keterlibatan generasi muda bertujuan untuk membangun karakter dan menanamkan nilai-nilai sosial agar peduli kepada para sepuh. Apalagi masyarakat DIY, mengedepankan nilai-nilai budaya yang adiluhung.

Perhatian Khusus

Keberadaan lansia, terutama di DIY perlu mendapat perhatian khusus. Tidak hanya dari pemerintah semata, tapi juga seluruh masyarakat.

Perlunya perhatian khusus ini tak lepas dari jumlah lansia di DIY yang tergolong tinggi. "Jumlah lansia di DIY tertinggi, dari sekitar 3,5 juta jiwa penduduk DIY ada sekitar 13 persen sampai 14 persen lansia sehingga pelayanan bagi mereka harus terus ditingkatkan," kata Ketua Komda Lansia DIY Suripto.

Peningkatan pelayanan, menurut Suripto, sudah dilakukan oleh pemerintah. Hanya saja, tidak semua lansia bisa mengaksesnya. Terutama pelayanan di daerah terpencil. Oleh karena itu perlu ada peningkatan lebih signifikan, baik di sektor kesehatan, sosial dan ekonomi. "Masalah dan penanganan lansia bukan hanya dilakukan Dinsos tetapi lembaga terkait, termasuk Paguyuban Kesejahteraan Sosial Lansia, rumah sakit pro lansia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024

News
| Jum'at, 19 April 2024, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement