Advertisement
Sleman Kekurangan Tenaga Pemantau Kurban

Advertisement
Harianjogja,com, SLEMAN—Jumlah petugas pemantau penyembelihan hewan kurban di Sleman masih kurang. Sekitar 200 petugas pemantau bakal mengawasi secara langsung penyembelihan hewan kurban saat Iduladha, baik di masjid maupun tempat pemotongan hewan.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Harjanto menyatakan 200 orang akan mengawasi pemotongan hewan kurban di masjid dan tempat pemotongan hewan. Para petugas pemantau tersebut, diakui dia, terdiri dari 185 tenaga teknis dari DP3 Sleman, tenaga pusat kesehatan hewan (puskeswan), serta penyuluh dibantu oleh dokter hewan, serta dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Advertisement
Ia mengatakan jumlah itu terbilang masih kurang. Terlebih jika dibandingkan dengan total dusun di Sleman yang mengadakan penyembelihan hewan kurban yang mencapai ribuan titik.
"Karena jumlah tenaga kami yang terbatas, tidak bisa mengawasi langsung semua dusun. Apabila ada permasalahan, masyarakat bisa lapor ke petugas puskeswan atau ke Dinas [DP3 Sleman]," kata Harjanto, Rabu (10/7/2019).
Harjanto mengatakan upaya konsultasi dengan petugas tersebut tidak hanya berkaitan dengan cara penyembelihan ternak. Masyarakat juga dapat bertanya seputar kesehatan sapi atau domba saat akan membeli hewan ternak. Jika ragu, warga bisa meminta surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari petugas. “Kami juga telah menyosialisasikan kepada masyarakat, khususnya kalangan takmir masjid, berkaitan pemotongan hewan kurban terkait dengan banyak hal termasuk penyakit hewan dan cara penyembelihan, serta penanganan kurban sampai dengan distribusi dagingnya," ujar Harjanto.
Antraks
Dia menegaskan meski kasus antraks yang beberapa bulan terakhir melanda salah satu kabupaten di DIY, namun di Sleman sejauh ini tidak ada laporan terkait penyakit tersebut. Kendati demikian dinasnya tetap mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Joko Hastaryo menyatakan hingga saat ini memang tidak ada kasus antraks pada manusia di wilayah Kabupaten Sleman. Untuk pencegahan dan penanganan, pihaknya memberlakukan kebijakan pengamatan pada penderita atau terduga penderita antraks di wilayah terpapar.
Kasus antraks di Sleman, kata dia, kali terakhir ditemukan pada 2003 lalu pada sapi yang mati di wilayah Kecamatan Pakem. "Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa sapi tersebut positif Antraks," kata dia.
Antraks, kata Joko, merupakan penyakit menular pada hewan peliharaan atau liar pemamah biak seperti sapi, domba, kerbau, kuda dan babi yang disebabkan oleh bakteri Bacillus antracis.
Oleh karena itu, Joko mengimbau agar melakukan pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi sedini mungkin bila ada penderita dengan gejala mirip antraks di puskesmas atau rumah sakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

DPR RI Desak Mendagri Tito Hentikan Efisiensi Dana Transfer ke Daerah
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Pasien Stroke di Sleman Capai Lebih dari 5.000 Orang
- Top Ten News Harianjogja.com, Senin 15 September 2025, Ribuan Pesilat Bertemu di Jogja, Hasil Man City vs Man United, Mafia Tanah Kas Desa
- Dispar Bantul Pindahkan TPR Wisata Pantai dengan Tenda Darurat
- Polsek Mergangsan Jogja Amankan ODGJ yang Lempar Botol ke Tukang Parkir
- Bupati Sleman Tugaskan OPD Dampingi Kalurahan Kelola Tanah Kas Desa
Advertisement
Advertisement