Advertisement
Pelabuhan Sadeng Gunungkidul Menyimpan Bara Konflik Sesama Nelayan
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pelabuhan Perikanan Sadeng, Desa Songbanyu, Girisubo, Gunungkidul, menyimpan potensi konflik antarnelayan. Riak-riak masalah mulai muncul, salah satunya adanya kesenjangan antara nelayan sekoci dan nelayan kapal-kapal besar.
Masalah ini diakui Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Barokah di Pantai Sadeng, Badri. Menurut dia, potensi kunflik muncul sejak datangnya bantuan kapal inkamina 30 gross ton (GT) pada 2013. Keberadaan kapal-kapal besar ini menimbulkan persaingan dengan nelayan sekoci yang sudah tinggal terlebih dahulu. “Ujung-ujungnya ada masalah penghasilan,” kata Badri saat dihubungi melalui ponsel, Senin (26/8).
Advertisement
Ia menuturkan sengkarut sesama nelayan tambah rumit dengan munculnya masalah area penangkapan. Badri menganggap permasalahan ini bisa menjadi bom yang setiap saat meledak dan memicu terjadinya konflik. “Permasalahan ini sudah menumpuk karena sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu,” ujar dia.
Menurut dia, nelayan sudah pernah berusaha meminta bantuan ke pemerintah, tetapi tidak ada solusi yang memuaskan. “Kami hanya dilempar-lempar. Oleh dinas provinsi sudah diserahkan ke kabupaten. Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul mengatakan, penyelesaian masalah berada di kewenangan provinsi,” ujar dia.
Badri mengatakan para nelayan pun berusaha menyelesaikan masalah sendiri dengan mempertemukan dua kubu yang berseteru. “Kami bersyukur sudah ada titik temu dengan solusi adanya pembagian wilayah untuk area tangkap. Saya berharap, kesepakatan yang telah disetujui bersama bisa dilakasankan sehingga konflik tidak semakin meruncing,” ucap dia.
Sunardi, nelayan sekoci di Pantai Sadeng, mengatakan kelompok inkamina dengan sekoci sudah sepakat membagi wilayah tangkap ikan. “Lintang Delapan ke bawah menjadi area kapal sekoci, sedangkan Lintang Sembilan ke atas jadi area tangkapan kapal inkamina,” katanya.
Sunardi menuturkan sebelum adanya kesepakatan ini, banyak kapal inkamina yang mencari ikan di area Lintang Delapan. Kondisi ini pun berdampak terhadap penghasilan nelayan sekoci karena harus berebut dalam upaya penangkapan ikan.
“Jelas kami kalah karena alat yang digunakan lebih besar sana [inkamina]. Harusnya biar adil, kapal inkamina menangkap di area lintang sembilan ke atas,” tuturnya.
Buntut dari konflik adalah banyaknya kru dari kapal sekoci yang lari ke wilayah Cilacap, Jawa Tengah. “Kalau terus dibiarkan jumlah nelayan akan habis karena pindah ke tempat lain untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956
- Satu Kemenangan Lagi menuju Olimpiade Paris, STY: Percayai Saya, Ikuti Saya!
- Koalisi Berkah Pecah, Hari Wuryanto Bakal Maju sebagai Calon Bupati Madiun 2024
- Garuda Muda Wajib Waspada, 3 Pemain Uzbekistan Bermain di Prancis dan Rusia
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Rute, Tarif dan Jalur Bus Trans Jogja, Yuk Cek di Sini
- Jadwal Pemadaman Jaringan Listrik di Kota Jogja Hari Ini, Cek Lokasi Terdampak di Sini
- Jadwal Bus Damri Hari Ini, Cek Lokasi dan Tarifnya di Jogja
- Top 7 News Harianjogja.com, Jumat 26 April 2024 dari soal Sampah hingga Gugatan ke KPU
- Waspadai Potensi Hujan Lebat dan Petir Siang Ini di Jogja dan Sekitarnya
Advertisement
Advertisement