Advertisement
Kemarau Panjang, Pembuat Kerupuk Rambak Untung Besar

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO - Kemarau seringkali menjadi bencana bagi sebagian orang, namun tidak bagi produsen kerupuk rambak di Tubin, Sidorejo, Lendah. Pada musim kemarau, produsen kerupuk justru kebanjiran order.
Shopuan, 61, pemilik usaha produksi kerupuk rambak "Echo" itu mengungkapkan memperoleh keuntungan maksimal di musim kemarau. Setiap harinya, dia bisa menjual rata-rata 135 kilogram kerupuk rambak. Satu kg ia jual seharga Rp17.000. Dengan produksi itu, ia bisa memperoleh omzet lebih dari Rp2.000.000 perhari.
Advertisement
"Apalagi sekitar delapan bulan ini panas terus, enggak hujan, jadi produksi terus," kata Shopuan kepada awak media, Jumat (25/10/2019).
Selama ini kerupuk rambak "Echo" dipasarkan ke beberapa pasar di Kulonprogo dan Bantul, namun ada pula pelanggan yang membeli di rumah produksi.
Meski begitu, datangnya musim hujan sebentar lagi cukup membawa kekhawatiran baginya. Pasalnya, produksi kerupuk rambak sangat membutuhkan cahaya matahari.
Dalam proses produksi, Shopuan menjelaskan, ada dua tahapan penjemuran kerupuk untuk membuat rambak bisa mengembang dengan apik. Sehingga cuaca panas sangat berpengaruh pada tingkat produksi.
Setelah adonan kerupuk rambak "Echo" dikukus, kerupuk itu harus diiris memanjang kemudian dijemur selama dua hari di bawah terik matahari. Setelah itu, kerupuk setengah matang itu masih belum bisa digoreng. Namun, dijemur kembali selama setengah hari untuk kemudian digoreng di minyak panas.
Ketika memasuki musim penghujan, Shopuan mengaku kesulitan produksi karena pasokan cahaya matahari tidak bisa dipastikan. Di musim penghujan, ia tidak bisa memproduksi 135 kilogram perhari karena proses penjemuran bisa memakan waktu dua kali lebih lama dari biasanya. Namun, ia belum bisa membangun atap yang bisa memungkinkannya menjemur kerupuk rambak di musim hujan.
"Kalau dijemur ala kadarnya di musim hujan, itu merusak kualitas," ujar Shopuan.
Kepala Seksi Industri Agro, Makanan dan Minuman Dinas Perdagangan Kulonprogo, Atik Yuni Wardhani membenarkan jika produksi kerupuk kemungkinan tersendat saat musim penghujan.
"Bisa diantisipasi dengan memasang semacam atap bening di atas area penjemuran, tapi dinas memang tidak bisa membantu itu. Kami hanya bisa memberi pendampingan dan memberi bantuan oven dan genset," kata Atik.
Shopuan sebenarnya ingin menambah tingkat produksi di musim kemarau untuk stok di musim penghujan. Namun, ia masih terkendala modal dan SDM. "Selama ini saja produksi segitu selalu habis, jadi mau ngestok itu masih belum bisa," kata dia.
Di Tubin, saat ini ada dua produsen kerupuk rambak. Namun, keduanya masih memproduksi jenis kerupuk konvensional dan belum melakukan inovasi lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI
Advertisement
Berita Populer
- Alumni MEP UGM Alexander Wilyo Jabat Bupati Ketapang, Ungkap Bagaimana Membangun Daerah, Apa Ide & Gagasannya?
- Sudah Sebulan Viral, Tersangka Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon Bantul Belum Diungkap ke Publik
- Granat Temuan Pelajar Wirokerten Bantul Didisposal Tim Gegana
- Kulonprogo Berkomitmen Dampingi UMKM Agar Naik Kelas
- KPH Yudanegara: Pengembangan Wilayah Jangan Mengesampingkan Aturan Penggunaan Tanah Kas Desa
Advertisement
Advertisement