Advertisement
Pionir Bandara Tahan Gempa di Indonesia, YIA Aman Hadapi Tsunami 15 Meter

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo menjadi pionir penguatan bandara tahan gempa dan tsunami di Indonesia.
Sekitar 59,5 juta kilometer garis pantai Indonesia rawan tsunami. Wilayah ini mencakup 26 provinsi, termasuk DIY, dan 249 kabupaten atau kota. Beberapa titik di jalur tersebut memiliki infrastruktut yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan beberapa bandara di pesisir telah diperkuat untuk menghadapi kemungkinan becana alam.
Advertisement
"Saat ini di sudah ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain itu tentu ada provinsi-provinsi lain. Seperti Bali yang sudah memulai dan relatif yang paling siap. Kemudian Sumatera Barat, Aceh dan Makassar. Nanti menyusul beberapa daerah lain secara bertahap,” ujar Dwikorita seusai membuka workshop mempersiapkan operator infstruktur menanggapi peringatan dini di Gedung BMKG di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Menurut Dwikorita, penguatan bandara setelah YIA serta bandara di Bali, Sumatra Barat, Aceh, dan Makassar akan menyusul sesuai dengan koordinasi bersama Kementerian Perhubungan.
Penguatan infrastruktur dibutuhkan agar fasilitas penting yang berada di pesisir seperti bandara dan pelabuhan siap menghadapi kemungkinan gempa dan tsunami.
Dwikorita mengatakan terminal dan runway YIA sudah dirancang untuk menghadapi gempa hingga berkekuatan magnitudo 8,8 dan tsunami setinggi 10-15 meter. Tidak hanya itu, bandara di Yogyakarta juga dirancang untuk menjadi shelter bagi warga sekitar ketika terjadi bencana.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Harkunti Pertiwi Rahayu mengatakan tim pakar, termasuk BMKG, sudah melakukan studi ke beberapa bandara di Jepang untuk menyempurnakan desain bandara di Kulonprogo agar tahan gempa dan tsunami besar.
“Jadi itu sebetulnya bukan suatu hal yang perlu kita takuti asal kita bisa berikhtiar dengan baik. Engineering adalah salah satu solusi dan social engineering adalah solusi terbaik yang bisa kita kolaborasi bersama,” ujar akademisi Institut Teknologi Bandung yang menghadiri workshop yang diadakan BMKG tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Polri Klaim Selesaikan 3.326 Kasus Premanisme dalam Operasi Serentak
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Pendaftar Sekolah Rakyat Sonosewu dan Purwomartani Tembus 700 Orang, Dinsos Gelar Verifikasi Lapangan
- Cak Imin Resmikan SPPG BUMDes Tridadi Sleman
- Warga Kasihan Jadi Korban Penipuan Modus Balik Nama Sertifikat
- Viral Video Kritik Layanan Uji Kir Bantul, Dishub Bantah dan Ungkap Fakta Lapangan
- Kenaikan Suhu Bumi Memperparah Kondisi Penderita Lupus
Advertisement