Advertisement
Peralihan Musim Sebentar Lagi, BMKG DIY Ingatkan Cuaca Ekstrem

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Awal musim hujan diprediksi terjadi pada Oktober mendatang. Selama masa peralihan musim, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrem.
Kepala Stasiun Klimatologi Sleman BMKG Jogja Reni Kraningtyas mengatakan awal musim hujan diprediksi terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November. Berdasarkan dinamika atmosfer laut, fenomena La Lina kategori lemah berpeluang terjadi pada Oktober hingga Januari 2021. Adapun fenomena indian ocean dipole diprediksi normal hingga akhir tahun dan angin monsun Asia diprediksi terjadi pada November mendatang.
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
"Awal musim hujan kondisi semua daerah di DIY rata-rata sama, sementara puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Februari 2021," katanya, Selasa (29/9/2020).
Meskipun begitu, BMKG meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama masa pancaroba atau peralihan musim. Alasannya di masa peralihan atau pancaroba ini umumnya keadaan atmosfer cukup labil, sehingga potensi pembentukan awan konvektif dapat terjadi.
Jika jumlah curah hujan pada September berkisar 20 - 50mm perdasarian, maka pada Oktober nanti diprediksi jumlah curah hujan akan meningkat berkisar 40 - 70 mm/dasarian. Di masa peralihan yang perlu diwaspadai masyarakat seperti hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang. Potensi genangan, banjir hingga longsor juga perlu diperhatikan.
"Cuaca ekstrem ini dapat terjadi terutama di siang hingga sore hari dengan skala lokal," tambah Kepala kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Sleman Etik Setyaningrum.
Sebelumnya, BPBD Sleman melaporkan adanya pohon beringin yang tumbang menimpa bangunan TK Among Siwi Dukuh Patran 01/01, Banyuraden, Gamping pada Senin (28/9). Tumbangnya pohon tersebut menyebabkan kerusakan pada bagian atap dan keretakan pada dinding ruang kelas.
"Pohon berdiameter 2,5 meter itu tumbang karena akar pohon sudah rapuh. Tidak ada korban jiwa dan pohon sudah dievakuasi," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan.
Adapun, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Dwi Anta Sudibya mengatakan selama ini DLH rutin memantau pohon yang berada di jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan nasional saja. Adapun pohon yang berada di permukiman warga bukan tanggungjawab DLH.
Meskipun begitu, DLH meminta masyarakat melapor jika ada pohon yang berpotensi tumbang untuk ditindaklanjuti oleh petugas. "Karena yang paling tahu kondisi lingkungan adalah masyarakat, maka kami meminta agar dilaporkan pohon yang berpotensi tumbang," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Mengenal Kampung Batik Giriloyo yang Sempat Terpuruk Karena Gempa 2006
Advertisement
Berita Populer
- 10 Tahun Baru Terungkap, Begini Kronologi Terungkapnya Pelecehan Seksual Remaja Masjid terhadap 20 Anak di Sleman
- Dalam 2 Hari, 2 Anak Meregang Nyawa di Jalanan Gunungkidul
- JCW Sebut Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Rp10 M di Sleman Kini Diusut Penegak Hukum
- Rampungkan Proyek Gedung Dewan, Pemkab Gunungkidul Gelontorkan Rp30,7 Miliar
- Pengangguran di Kota Jogja Diklaim Turun Jadi 7 Persen
Advertisement
Advertisement