Advertisement
Mulai Khawatir, Puluhan Warga Lereng Merapi di Sleman Mengungsi
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Jumlah warga Kalitengah Lor, Kalurahan Glagaharjo, Kepanewon Cangkringan yang menempati barak pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo bertambah. Saat ini, sebagian pengungsi ditempatkan di sekolah yang berdekatan dengan balai kalurahan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan penambahan jumlah pengungsi tersebut bukan berasal dari kelompok rentan (lansia, balita, difabel dan ibu hamil), tetapi justru dari warga yang produktif.
Advertisement
BACA JUGA: Pengungsi Merapi Terus Bertambah
“Jadi ada penambahan jumlah pengungsi yang justru bukan dari kelompok rentan. Alasannya takut dan khawatir, ya kami terima," katanya kepada Harian Jogja, Minggu (8/11).
Jika awalnya jumlah pengungsi 133 orang, saat ini jumlah pengungsi tercatat 164 orang atau bertambah 31 warga. Dari sisi usia pengungsi, paling rendah berusia 0,5 bulan dan paling tinggi berusia 89,9 bulan. Para pengungsi tersebut, menurut Joko, selain ditempatkan di barak pengungsian saat ini sebagian ditempatkan di sekolah yang berdampingan dengan balai kalurahan.
"Hari ini sedang dibuatkan sekat-sekat atau bilik seperti yang dibuat di barak utama. Kamis sudah menambah cadangan air," katanya.
BACA JUGA: Mengenal Jill Biden, Ibu Negara AS yang Akan Tetap Bekerja Jadi Dosen
Saat ini, yang belum dievakuasi adalah ternak milik warga. Sesuai prosedur, kata Joko, ternak warga juga masuk dalam hal yang perlu dievakuasi. Namun, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman masih melakukan koordinasi dengan warga pemilik ternak terkait langkah-langkah yang dijalankan untuk evakuasi ternak. "Jadi sampai saat ini kami belum tahu kapan ternak akan dievakuasi, menunggu hasil pertemuan Dinas Pertanian dengan warga. Kalau kandang darurat sudah siap," katanya.
Pada Minggu (8/11/2020) sore, BPBD Sleman pun membagikan peralatan mandi kepada para pengungsi. Joko mengatakan kebutuhan logistik di pengungsian saat ini masih sangat memadai. Termasuk keberadaan stok masker. "Kami masih memiliki sekitar 60.000 masker. Jadi masih aman. Kalau pun kurang pasti kami upayakan. Untuk kebutuhan logistik saat ini tidak ada masalah," kata Joko.
BACA JUGA: Sebelum Meninggal, Gatot Brajamusti Beri Pesan untuk Parfi
Camat Cangkringan Suparmono mengatakan warga produkif awalnya tak diprioritaskan masuk ke barak pengungsian. Meskipun begitu, ia menyadari masih ada beberapa warga yang khawatir sehingga memilih tinggal di barak pengungsian.
"Masih ada yang khawatir akibat erupsi sebelumnya. Jadi kami tidak melarang mereka tinggal di sini," kata Suparmono.
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status aktivitas Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) pada Kamis (5/11/2020). Dengan peningkatan status tersebut, radius bahaya akibat erupsi Merapi ditetapkan 5 km dari puncak. Tiga dusun di tiga kalurahan, yakni Kalitengah Lor (Glagaharjo), Kaliadem (Kepuharjo), dan Pelemsari (Umbulharjo) masuk dalam area terdampak sehingga kelompok produktif pun diungsikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hari Warisan Dunia Tekankan Peran Anak Muda sebagai Pelestari Warisan Budaya Berkelanjutan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringatan BMKG, Waspada Hujan Lebat Disertai Petir di Wilayah DIY, Hari Ini Kamis 18 April 2024
- Pola Baru Kunjungan Wisatawan Selama Libur Lebaran 2024, Pusat Kuliner dan Oleh-oleh Ramai
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Kamis 18 April 2024
- Pilkada 2024, KPU Jogja Gandeng Disdukcapil Memastikan Akurasi Data Pemilih
- Baznas Kota Jogja Luncrukan Madrasah Al-Quran bagi Difabel Tuna Netra
Advertisement
Advertisement