Advertisement

Lewat Sanggar, Warga Keparakan Jogja Ajarkan Etika dan Seni kepada Anak-Anak

Sirojul Khafid
Senin, 22 Maret 2021 - 06:37 WIB
Bhekti Suryani
Lewat Sanggar, Warga Keparakan Jogja Ajarkan Etika dan Seni kepada Anak-Anak Anak-anak, pelatih, dan pengurus Sanggar Gandeng Gendong dan Bimajaya sedang berada di Pendopo Kaluarahan Keparakan pada Minggu (21/3/2021)-Harian Jogja - Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-– Guna menumbuhkan perilaku dan etika yang santun pada anak-anak, Bambang Satrio membuat Sanggar Gandeng Gendong. Setiap hari Minggu sore, sekitar 37-42 anak belajar Bahasa Jawa, Jepang, dan Inggris.

Hal ini bermula dari keprihatinan Satrio terhadap perilaku anak-anak zaman sekarang. Salah satu contohnya, anak-anak tidak menunduk atau mengatakan permisi saat berjalan di depan orang tua. Perkataan dengan orang tua juga kadang bernada kasar. Melalui pelatihan bahasa ini, khususnya Bahasa Jawa, Satrio berharap bisa menularkan unggah-ungguh kepada generasi penerus bangsa di kalurahannya di Keparakan.

Advertisement

“Sekarang sudah 70 persen [budaya Jawa] hilang dari anak-anak kami. Saya mau bedah lagi untuk perilaku mereka, bukan hanya [memberi pelajaran] Bahasa Jawanya saja, [tapi juga budayanya],” kata Satrio saat ditemui di Pendopo Kalurahan Keparakan, tempat sanggar Gendang Gendong berkegiatan pada Minggu (21/3/2021).

Sementara untuk Bahasa Jepang, pertimbangannya lantaran teknologi banyak berasal dari Negara Sakura tersebut. Terlebih ada masyarakat Keparakan yang mahir dan pernah ke Jepang. Sementara untuk Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa kebutuhan sehari-hari. Guru yang berjumlah tiga orang merupakan warga Keparakan semuanya.

Para peserta yang berusia sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak memepunyai kewajiban untuk membayar biaya sanggar. Pendidikan di sanggar ini gratis.

“Di masa pandemi, mereka sekarang belajar butuh kuota. Misal dibebani dengan biaya sanggar, saya enggak mau uang yang tidak seberapa besar, memutus keinginan anak-anak untuk belajar. Kadang orangtua eman-eman [mengeluarkan uang, mending] untuk beli yang lain,” kata Satrio.

Sanggar Gandeng Gendong telah memasuki bulan keempat. Sebelumnya telah lahir Sanggar Bima Jaya untuk melatih anak-anak menari. Sanggar Bima Jaya yang berusia enam bulan berawal dari kegelisahan Satrio di masa pandemi Covid-19. Saat belum ada tanda-tanda atau kepastian sekolah kembali berlangsung secara tatap muka, Satrio merasa perlu membuat wadah anak-anak untuk berkegiatan di kalurahannya.

Ke depan, akan ada pengembangan sekolah dengan sistem ruang terbuka di alam. Hal ini juga untuk memberikan pelajaran tentang alam kepada anak-anak, yang berasal dari empat kampung di Keparakan yaitu Pujakusuman, Dipowinatan, Keparakan Lor, dan Keparakan Kidul. “[Kegiatannya] tidak tunggal, ada akar serabut tapi tetap satu poros,” kata Satrio yang juga ketua rukun tetangga.

Tidak hanya itu, saat pandemi sudah mereda dan periwisata kembali normal, Sanggar Bima Jaya dan Gandeng Gendong bisa menjadi aset Keparakan. Nantinya akan ada integrasi potensi wisata di Keparakan, mulai dari kerajinan, pertanian, pariwisata, serta kebudayaan. “Turis bisa menyaksikan tari dan menikmatinya bersama anak-anak, mengangkat periwisata kalurahan,” kata Satrio.

Agar sanggar di Keparakan dan tempat lain semakin berkembang, Satrio berharap pemerintah atau dinas terkait bisa memberi perhatian lebih. Hal ini agar kerja-kerja kolektif dari masyarakat dan pemerintah bisa semakin optimal.

Salah satu anak peserta didik sanggar, Cinta Kasafani Nugroho merasa senang dengan kegiatan ini. Perempuan yang saat ini kelas 2 Sekolah Dasar (SD) ini sudah pernah ikut lomba tari dan memenangkan kejuaraan. Cinta tidak merasa kesulitan dalam mengikuti kegiatan menari atau belajar bahasa. “Menyenangkan gitu lho,” kata Cinta.

Begitupun dengan Salfa Athasafila. Sanggar Bima Jaya menjadi tempat pertamanya belajar menari. Selain menyenangkan, dia juga bisa bertemu banyak teman di sanggar. “Tari Bali, karena seru,” kata Salfa saat ditanya tarian favoritnya.

Selama enam bulan usia Sanggar Bima Jaya, beberapa prestasi telah mereka dapat. Dalam lomba tari di Omah Joget Kenyo Cengkir tahun 2021, mereka mendapat empat penghargaan sebagai Juara 1 Kategori B, Juara Koreo Terbaik 1 Kategori B, Juara Penampil Terbaik 6 Kategori B, dan Juara Koreo Terbaik 3 Kategori A.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement