Muncul Klaster Takziah, Puluhan Warga Isolasi Mandiri
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Panewu Ngaglik, Sleman Subagyo mengatakan warga yang dinyatakan positif Covid-19 akibat klister takziah melakukan isolasi mandiri di rumah. Hanya saja ia membantah kampung tersebut dilockdown.
"Bukan dilockdown hanya pembatasan kegiatan warga saja selama 14 hari. Ini agar warga yang bisa menjalankan isolasi mandiri secara maksimal," katanya, Senin (29/3/2021).
Advertisement
Selain di Blekik, ada kampung lainnya yang kegiatannya dibatasi yakni kampung Tempursari juga berada di Sardonoharjo. Alasannya, ada lima warga yang juga dinyatakan positif Covid-19. Karena dibatasi, kata Subagyo, maka orang yang keluar masuk di dusun tersebut diseleksi.
BACA JUGA : Update Covid-19: Pasien Positif Tambah 106 Kasus, 172
"Dan yang melakukan isolasi mandiri tidak boleh keluar rumah. Hal ini dilakukan agar virus Corona tidak menyebar kemana-mana. Jadi ada yang jaga di pintu masuk. Yang jaga dari aparat dan Satgas Covid-19 tingkat kalurahan. Yang karantina sekitar 60 lebih," katanya.
Warga yang melakukan karantina di rumah, katanya disupplai makanan selama menjalani isolasi mandiri. Satgas mendirikan dapur umum di sekolah tidak jauh dari Dusun Blekik.
"Logistik berupa makanan siap makan. Kami berikan tiga kali sehari," kata anggota Satgas Kalurahan Sardonoharjo, Yoyon.
Sebelumnya, Puluhan warga di dua padukuhan berbeda menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 dari klaster lelayu (takziah). Selain di Dusun Blekik, Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, kasus yang sama terjadi di Dusun Plalangan, Pandowoharjo, Kapanewon Sleman.
Berdasarkan informasi Harianjogja.com, klaster lelayu di Blekik bermula saat ada salah seorang warga meninggal dunia, Senin (15/3)/2021. Warga yang meninggal dunia ini wafat karena sudah sepuh dan bukan pasien Covid-19. Sambil menunggu anak dan keluarganya yang lain, jenazah disemayamkan di rumah duka dan dikuburkan sehari setelahnya.
BACA JUGA : Berawal Takziah, 44 Warga di Sleman Positif Covid-19
Warga pun melakukan takziah dan mengikuti tahlilan di rumah duka selama tiga hari, sejak 16 Maret hingga 18 Maret. Salah seorang anak warga yang meninggal dunia tersebut pada 18 Maret mengalami gejala pusing, tidak enak badan dan kehilangan indra penciuman.
Keesokan harinya, ia melakukan tes antigen secara mandiri. Hasilnya dinyatakan positif. Tes antigen pun dilakukan kepada seluruh keluarga pada 22 Maret dan hasilnya pun dinyatakan positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Otak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Bakal Diringkus Polri
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Pemadaman Jumat 22 November 2024: Giliran Depok dan Pasar Godean
- Jadwal Terbaru KA Bandara YIA Xpress Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Bantul di Akhir Pekan Bulan November 2024
- Jadwal Terbaru Kereta Api Prameks Jurusan Jogja-Kutoarjo Jumat 22 November 2024
- PakNas Desak Penyusunan Kebijakan Pertembakauan Melibatkan Konsumen
Advertisement
Advertisement