Advertisement

Atasi Masalah Limbah Laboratorium Cukup dengan Serat Kelapa

Media Digital
Minggu, 15 Agustus 2021 - 13:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Atasi Masalah Limbah Laboratorium Cukup dengan Serat Kelapa Perubahan warna limbah laboratorium. - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Muhammad Sarkawi, Farokhatul Faikha dan Ludfi Fitmoko baru saja menyelesaikan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berjudul "Teknologi Penanganan Limbah Laboratorium dengan Modifikasi Metode Elektroflotasi-Adsorbsi "Natural Fiber" Berbasis Serat Kelapa dan Nanas".

Ketiga mahasiswa prodi kimia Fakultas Mipa (FMIPA) Universitas Islam Indonesia itu merampungkan PKM Bidang Riset (PKM-R) tersebut di laboratorium terpadu FMIPA UII pada 1 Juni 2021, di bawah bimbingan dosen Rudy Syah Putra, S.Si, M.Si, Ph.D.

Advertisement

Muhammad Sarkawi menjelaskan limbah cair laboratorium mengandung logam berbahaya, seperti Pb, Cu, Fe, Cr, Hg, dan Ag dan termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah tersebut apabila dibuang langsung ke lingkungan akan merusak struktur tanah, mengancam ekosistem air maupun darat, serta berdampak bagi kesehatan manusia. sehingga diperlukan metode yang ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan limbah laboratorium. Alasan itulah yang melatarbelakangi kelompok ini melaksanakan PKM tersebut.

Menurut dia program tersebut dinilai relevan sebab bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bahan yang dapat dengan mudah ditemukan oleh masyarakat. "Kami menggunakan serat kelapa yang memiliki kandungan selulosa yang tinggi yang dapat menyerap polutan berbahaya yang dimiliki oleh limbah laboratorium. Sehingga masyarakat dapat menggunakan serat tersebut untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada di daerah sekitarnya," tutur Muhammad Sarkawi.

Lebih lanjut, Farokhatul Faikha menjelaskan proses dilaksanakannya program tersebut. proses dilakukan secara bertahap yakni elektroflotasi dan selanjutnya serat kelapa.

Elektroda yang digunakan pada proses elektroflotasi yaitu elektroda grafit dan stainless steel. Proses elektrolfotasi dilakukan selama 30 menit, selanjutnya dilakukan proses serat kelapa dengan laju alir 1,5 mL/menit, sehingga didapat air bersih.

"Dapat bekerja efektif dalam mengolah limbah laboratorium," kata Ludfi Fitmoko memberikan kesimpulan dari program tersebut. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Dilanda Hujan Hari Ini

News
| Rabu, 24 April 2024, 08:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement