Kompor Sorgas, Solusi Memasak yang Praktis saat Traveling
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Alat memasak menjadi kebutuhan penting bagi seorang traveler. Namun peralatan masak yang ada selama ini masih kurang praktis untuk dibawa, seperti kompor portable maupun kompor listrik.
Kompor portable masih memerlukan gas kaleng yang hanya mampu bertahan selama 2-4 jam.Gas kaleng juga menyita sebagian ruang tas traveler. Sementara kompor listrik portable juga hanya dapat dioperasikan jika tersedia listrik, padahal selama traveling kebutuhan akan listrik sulit diperoleh.
Advertisement
“Berdasarkan permasalahan tersebut muncul gagasan untuk membuat Sorgas. Sorgas menggunakan bahan bakar biogas dan dilengkapi dengan Thermoelectric Generator yang dapat mengubah panas yang dihasilkan kompor menjadi energi listrik yang tersimpan di dalam powerbank. Powerbank yang terdapat pada kompor dapat digunakan untuk mengisi daya telfon dan lainnya,” kata Firdaus Zaenudin Putra, mahasiswa Prodi Teknik Kimia/Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (UII), yang mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Firdaus bersama dua rekannya yakni Andi Abdul Afif Alwan dan Siska oktaviani melaksanakan inovasi itu dengan mengangkat judul “Smart Portable Gasifier Stove: Kompor Pintar dengan Prinsip Gasifikasi sebagai Alat Memasak Traveler”. Firdaus mengatakan Sorgas dapat menjawab permasalahan memasak traveler sekaligus permasalahan sulitnya listrik saat traveling.
Untuk menciptakan alat tersebut, tim menggunakan metode Kaizen yaitu plan, do, check action. Plan yang meliputi proses identifikasi masalah, persiapan alat dan bahan serta proses desain alat. Do meliputi proses manufaktur kompor dan pembuatan target-target luaran lainya dari kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) seperti laporan kemajuan, buku dokumen teknis alat, video demo alat, dan laporan akhir.
Check meliputi pengujian dan analisis kinerja alat. Terutama terkait prinsip kerja proses pembakaran gasifikasi pada kompor dan kemampuan menghasilkan daya listrik dari konversi energi panas api yang dihasilkan, menjadi energi listrik yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi daya handphone dan lampu penerangan. Kemudian untuk tahap action tim pelaksana melakukan proses penyempurnaan serta penambahan fitur-fitur pada alat agar dapat berfungsi secara maksimal.
Lebih lanjut Andi Abdul Afif menjelaskan mekanisme kerja dari kompor pintar ini ialah bahan bakar berupa biomassa yang mengandung karbon seperti ranting pahon, kayu bakar dan dedaunan kering dibakar pada tungku. Tungku didesain agar proses pembakaran terjadi dengan suplai udara terbatas (20%-40% udara stoikiometri) sehingga menghasilkan gas mampu bakar atau syngas seperti hidrogen (H2).
Gas tersebut masuk diantara celah tabung dalam dan tabung luar pada tungku. Kemudian, keluar pada lubang atas dari tabung dalam. Sehingga, menghasilkan api pembakaran proses gasifikasi. Api yang dihasilkan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk memasak makanan atau air. Di samping itu juga panas api tersebut juga dimanfaatkan untuk dikonversi menjadi energi listrik.
“Melalui, tembaga sebagai penghantar panas yang terhubung dengan lempengan-lempengan thermoelectric generator (TEG) yang berada pada control box. Perbedaan suhu antara sisi lempeng TEG yang terkena panas dengan sisi yang dingin menjadikannya tercipta energi listrik, yang kemudian energi tersebut disimpan pada battery charger sebagai power bank. Sehingga, energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengisi daya handphone ataupun penerangan,” jelas dia.
Menurut seorang traveler Gita Perdani Damayanti, kompor hasil inovasi tim ini inovatif, multifungsi, dan juga sangat hemat karena untuk bahan bakarnya sendiri menggunakan biomassa seperti ranting pohon dan dedaunan kering yang tersedia gratis serta melimpah di alam. “Untuk traveler seperti saya yang suka jalan-jalan ke alam saya suka dengan terobosan karya ini,” kata dia.
“Kompor pintar ini bisa menjadi pilihan sebagai alat memasak yang hemat, portable dan multi fungsi untuk membantu para traveler terlebih ketika melakukan aktivitasnya di alam,” tutup Siska oktaviani. (ADV)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
Advertisement
Advertisement