Advertisement
Sudah 3 Orang Meninggal Dunia karena Leptospirosis di Gunungkidul

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Dinas Kesehatan Gunungkidul mencatat hingga awal November 2021 ada delapan kasus leptospirosis. Tiga pasien meninggal dunia.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Zoonosis, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Gunungkidul, Musiyanto, mengatakan kasus leptospirosis naik turun setiap tahun. Kasus tertinggi terjadi pada 2017 dengan jumlah 64 kasus dengan korban meninggal dunia 16 orang.
Advertisement
BACA JUGA: Siskaeee Lakukan Ekshibisionisme, Bandara YIA Merasa Dirugikan
Adapun di tahun ini, hingga awal November sudah ada delapan kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak tiga orang. “Kejadiannya Juni dan Juli lalu. Untuk November ini kami sedang menyelidik dua kasus suspek,” kata Musiyanto, Jumat (3/12/2021).
Dia menjelaskan, untuk peta sebaran kasus didominasi di wilayah Utara Gunungkidul. Meski demikian, seluruh masyarakat diminta mewaspadai ancaman penyakit ini karena ada potensi peningkatan pada saat musim penghujan.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebarkan oleh hewan, salah satunya air kencing tikus. Potensi persebaran akan semakin besar apabila seseorang memiliki luka di tubuh, khususnya bagian tangan dan kaki. Pasalnya, bakteri tersebut dapat masuk dan berkembang di kulit yang mengalami luka terbuka. “Memang harus diwaspadai,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan persebaran leptospirosis harus diwaspadai. Hal ini dikarenakan persebaran tidak hanya di wilayah yang basah atau di area pertanian.
Menurut dia, potensi persebaran juga erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan.
Dewi pun mengimbau kepada masyarakat untuk terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan cuci tangan menggunakan sabun. “Kami akan terus sosialisasikan ke masyarakat akan pentingnya penerapan pola hidup bersih sehat,” katanya.
BACA JUGA: Pemuda di Kalasan Meninggal Dunia karena Dianiaya
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Fitria Puspita Wardani mengatakan, area pertanian menjadi salah satu tempat yang bisa menjadi penyebab persebaran leptospirosis.
Guna menghindari penyakit ini, petani diimbau untuk beraktivitas di sawah saat sudah terbit Matahari karena bakteri tidak tahan dengan hawa panas.
“Yang tak kalah penting juga harus gunakan alat perlindungan diri saat beraktivitas. Untuk pencegahan, kami akan terus melakukan sosialisasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ekspor Batu Bara Indonesia Terendah Selama 3 tahun Terakhir, Ini Penyebabnya
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Prameks Jogja-Kutoarjo Terbaru Hari Ini, Minggu 11 Mei 2025, Naik dari Stasiun Tugu hingga Kutoarjo
- Jadwal dan Lokasi SIM Keliling di Sleman Selama Mei 2025
- Jadwal KA Bandara Jogja Terbaru Hari Ini, Minggu 11 Mei 2025, Naik dari Stasiun Tugu Jogja hingga YIA
- Jadwal SIM Keliling di Bantul Selama Mei 2025, Cek Lokasinya di Sini
- Jadwal Bus DAMRI di Jogja Hari Ini, Minggu 11 Mei 2025, Cek Lokasi Keberangkatannya
Advertisement