Advertisement

Romantisme Jogja: Kenangan Terakhir Berlesehan di Malioboro

Sirojul Khafid
Rabu, 26 Januari 2022 - 20:47 WIB
Bhekti Suryani
Romantisme Jogja: Kenangan Terakhir Berlesehan di Malioboro Suasana di Jalan Malioboro, Kota Jogja, Minggu (5/9/2021). - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

PKL Malioboro akan pindah ke Teras Malioboro, yang salah satunya berada di bekas Gedung Bioskop Indra. Tradisi duduk berlesehan di Malioboro bakal tinggal kenangan. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Sirojul Khafid.

Bagi Wijaya, 58, hari ini tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dia menjajakan bakpia di lapak yang berada di depan Pasar Beringharjo. Tidak peduli merk pakaian, status sosial, atau asal daerah pengunjung, dia akan menawarkan dagangannya. Kegiatan ini sudah dia lakoni sejak 2008.

Advertisement

Sesuatu yang berbeda justru di seberang lapak Wijaya, tepatnya di Gedung Bekas Bioskop Indra. Kini gedung itu bernama Teras Malioboro, tempat yang akan Wijaya tempati tidak lama lagi. Dia harus pindah dari tempatnya kini lantaran Pemerintah Daerah DIY dan Pemerintah Kota Jogja hendak menata seluruh Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di Jalan Malioboro.

Dari lapak Wijaya, terlihat jalan masuk menuju Teras Malioboro yang lebarnya cukup untuk dua mobil. Dari jalan raya menuju pintu masuk Teras Malioboro sekitar 25 meter. Ada dua bangunan. Satu bangunan utama dan sisanya di samping kanan. Di bangunan utama ada tiga lantai dengan satu basemen.

Masuk melalui pintu utama, di sebelah kanan dan kiri terdapat banyak gerobak dengan nuansa semi industrial. Ada perpaduan antara kayu dan besi. Gerobak dengan lebar dan panjang sekitar satu meter persegi itu dilengkapi dengan jaring besi pembatas untuk penjual dan pedagang. Ada satu laci serta pintu di bagian bawah untuk meletakkan barang. Ruang bagian bawah bisa untuk stok jualan. Di setiap gerobak juga terdapat fasilitas aliran listrik.

Dari lantai satu, pengunjung bisa naik ke lantai di atasnya melalui tangga, escalator, atau lift. Tangga ada di bagian pojok bangunan. Escalator ada di bagian tengah, sementara lift ada di bagian belakang. Lantai dua ini yang menjadi calon lapak untuk Wijaya. Lantai satu dan dua rencanya untuk PKL yang berjualan pakaian, makanan kering, dan kerajinan.

“Saya dapat jatah di lantai dua. Ya merinding juga, takut kalau di lantai dua, biasanya [orang setelah berkunjung di] lantai satu langsung keluar. Apalagi kalau orang, yang mohon maaf, dari desa dan tidak terbiasa [dengan fasilitas escalator dan sejenisnya], enggak mau pada naik, kalau di Jalan Malioboro dari golongan apapun lewat,” kata Wijaya, Rabu (26/1/2022).

Berbeda dengan lantai satu yang mayoritas gerobaknya berukuran satu meter persegi, di lantai dua sebagian gerobak lebarnya sekitar 1,5 x 0,75 meter. Tatanan gerobak hampir mirip dengan lantai satu. Gerobak mengelilingi ruangan dengan tengahnya sebagai jalur escalator.

BACA JUGA: Tol Jogja-Bawen Digadang-gadang Tingkatkan Kesejahteraan Warga Magelang

Menuju lantai tiga yang tidak jauh berbeda secara tatanan, mayoritas terdiri dari gerobak yang lebarnya 1,5 x 0,75 meter. Seluruh lantai dilengkapi dengan toilet di belakang lift. Untuk masing-masing toilet perempuan dan laki-laki hanya terdiri dari empat ruang. Sehingga saat keadaan ramai, tidak menutup kemungkinan akan antri. Di lantai tiga, di beberapa bagian lantai sudah terlihat retak, meski tempat ini belum mulai ditempati PKL.

Saat hujan turun cukup lebat, suara bising langsung terdengar di lantai tiga. Bahkan beberapa percikan air sampai menembus ke dalam. Lantai satu sampai tiga di gedung utama tidak menyediakan fasilitas air di setiap lapak. Daerah ini memang dibuat sebagai tempat yang kering.

Para PKL rencananya pindah ke Teras Malioboro dari 1-7 Februari 2022. “Tapi kami belum tahu dapat jatah pindah yang tanggal berapa, soalnya gantian kan, banyak yang pindah, sampai ribuan PKL,” kata Wijaya. “Saya tentunya khawatir, apakah nanti di tempat baru laku atau tidak. Untuk awal berjualan di Teras Malioboro, saya akan mengurangi stok bakpia dari biasanya.”

Tak Ada Lesehan Lagi

Selain makanan kering seperti bakpia yang Wijaya jual, di sisi belakang dan kiri gedung utama ada ruang untuk penjual makanan seperti pecel lele dan sejenisnya. Sebelumnya, penjual pecel lele menggelar tenda di sepanjang pedestrian Malioboro. Kini tidak ada lagi kesan lesehan. Semuanya dibuat seperti foodcourt dengan kursi-kursi di depan gerobak berbahan alumunium.

Lebar gerobak setiap pedagang di foodcourt sekitar satu meter. Ada fasilitas aliran air, listrik, jalur asap, sampai tembok yang dibuat terbuka untuk sirkulasi udara. Dibanding bangunan utama, di area foodcourt terkesan lebih hijau, tertata, dan modern. Hiasan seperti tanaman juga menambah kesan sejuk.

Hiasan seperti kata-kata yang dipasang di tembok juga menambah keindahan. Apabila anda ingin berfoto, hiasan kata-kata dengan taburan lampu bisa menjadi penanda apabila Anda pernah ke Teras Malioboro. Salah satu kata-kata berbunyi, “Bagi setiap orang yang pernah tinggal di Jogja, setiap sudut kota di Jogja itu, romantis.”

Meski banyak meja dan kursi untuk pengunjung di foodcourt, namun tidak nampak ada toilet di setiap lantai. Hanya ada beberapa wastafel di sisi-sisi foodcourt.

Yang Akan Datang dan Hilang

Mungkin kesan ‘Jogja’ seperti lesehan, angkringan, atau PKL di lorong Malioboro akan hilang. Semua akan berkumpul di Teras Malioboro. Pengunjung yang sebelumnya bisa berbelanja sambil jalan-jalan ke pedestrian, kini perlu meluangkan waktu berjalan ke Teras Malioboro. Dibanding tempat PKL, Teras Malioboro lebih mirip konsep mal.

Mungkin kesan ‘Jogja’ akan hilang, namun ada hal yang akan datang, termasuk legalitas PKL yang selama ini belum jelas. Setelah pindah ke Teras Malioboro, mereka diakui oleh Pemerintah Kota Jogja. Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengatakan apabila fasilitas Teras Malioboro bukan motivasi utama, tapi lebih kepada semangat untuk tumbuh bersama.

“Dengan dukungan APBD, kami dalam waktu setahun ke depan tidak akan menarik pajak apapun untuk PKL yang pindah ke Teras Malioboro. Sehingga ini bisa memberi ruang PKL untuk fokus bersama kami mempromosikan tempat baru. Harapannya nanti bisa menjadi pilihan bagi wisatawan maupun warga Jogja yang ingin berbelanja,” kata Sri Sultan HB X setelah acara Wilujengan Teras Malioboro, Rabu (26/1/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Darurat, Kasus Demam Berdarah di Amerika Tembus 5,2 Juta, 1.800 Orang Meninggal

News
| Jum'at, 19 April 2024, 20:27 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement