Fasad Diubah seperti Zaman Dahulu, Bangunan di Malioboro Mulai Dicat Ulang
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Wajah kawasan Malioboro mulai ditata perlahan. Beberapa pemilik toko di Jalan Malioboro mulai memperindah bangunannya.
Menurut Koordinator Lapangan Perkumpulan Pengusaha Malioboro dan Ahmad Yani (PPMAY), KRT. Karyanto Purbohusodo, seluruh pemilik toko yang tergabung dalam peguyubannya diimbau untuk mengecat pilar dan tembok tokonya. Namun hal ini tanpa paksaan dan sesuai dengan kesadaran serta kemampuan masing-masing. Upaya mempercantik toko ini merespons rencana Pemda DIY dan Pemkot Jogja yang hendak menata kawasan Malioboro. Beberapa bangunan akan dibuat dengan konsep dari masa ke masa.
Advertisement
“Sudah saya cat ulang pilar-pilar lorong depan toko. Tapi saya tidak ikut menata kabel, saya enggak bisa, nanti dari Pemkot Jogja. Saya cat ulang baru dua hari lalu. Ini sesuai pemberitahuan dari pemerintah untuk diseragamkan bangunan dengan warna putih,” kata KRT. Karyanto, Selasa (15/2/2022).
Dalam beberapa waktu ke depan, akan ada pula penataan fasad toko agar memiliki kesan seperti zaman dahulu. Penataan ini utamanya bagi toko yang menempati bangunan cagar budaya.
“Kondisi bangunan semua baik. Hanya teraso yang saat ini banyak rusak seperti retak,” kata KRT. Karyanto yang tokonya sudah berdiri sejak 1985. “Yang jelas kami siap mendukung penataan Malioboro, siap dilibatkan dalam penataan, kami juga ingin lorong tidak kumuh lagi.
”Terkait hal-hal teknis, saat ini masih dalam tahap pembahasan antara Pemda DIY, Pemkot Jogja, serta pihak terkait lainnya. Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi mengatakan penataan Malioboro setelah relokasi PKL akan mencerminkan Malioboro dari masa ke masa. Nantinya wisatawan dan masyarakat yang berkunjung bisa memahami perubahan dan perkembangan yang ada di Malioboro.
Penataan ini termasuk bagian fasad. “Sudah ada aturan ukuran maksimal papan nama yang bisa dipasang yaitu 1x1,5 meter persegi. Jika masih ada yang memasang dengan luasan lebih besar dari ukuran maksimal, maka akan diminta untuk menyesuaikan,” kata Heroe.
BACA JUGA:Kasus Omicron Lampaui Delta, Epidemiolog Yakinkan Tak Perlu Cemas
Heroe berharap penataan fasad bangunan toko akan memberikan kesan terhadap kawasan yang lebih baik. Selain itu juga bisa mengembalikan citra Malioboro yang sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya.
Malioboro pada masa 1970 hingga 1990-an merupakan pusat perekonomian, pusat oleh-oleh serta pusat seni dan budaya yang melahirkan banyak seniman dan budayawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
Advertisement
Advertisement