Menggairahkan Kembali Kopi Merapi dengan Gertak
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Sleman. Terlebih, saat ini kopi menjadi gaya hidup yang mampu berperan dalam kebangkitan perekonomian. Sebagai produk unggulan, Pemkab Sleman memiliki perhatian khusus dalam budi daya kopi di Bumi Sembada, khususnya kopi di lereng Gunung Merapi.
"Kopi lereng Merapi memiliki citarasa yang khas dan menjadi salah satu produk unggulan di Sleman," kata Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa saat ditemui, Rabu (9/3/2022).
Advertisement
Menurut Danang, aktivitas vulkanis Gunung Merapi memberikan dampak kesuburan lahan kopi di lereng Merapi. Material erupsi Merapi mengandung unsur hara, termasuk fosfor dan kalium yang sangat cocok bagi budi daya tanaman kopi.
Pemkab Sleman, menurut Danang, berkomitmen untuk mengembangkan budi daya kopi lereng Merapi sebagai komoditas unggulan. "Di Sleman terdapat tiga kapanewon yang merupakan kawasan lereng Merapi yaitu Kapanewon Turi, Pakem, dan Cangkringan," katanya.
Terdampak Erupsi
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 2010 sempat meluluhlantakkan sektor perkebunan di lereng Gunung Merapi, termasuk lahan tanaman kopi. Erupsi tersebut menyebabkan kerusakan tegakan tanaman kopi kurang lebih 75% dari total luasan lahan, hingga lahan kopi yang tersisa kurang dari 200 hektare.
Untuk membangun kembali perkebunan kopi pascaerupsi 2010, sejak 2011 Pemkab Sleman secara konsisten dan bertahap terus melakukan pemulihan. Berbagai program strategis dilakukan, di antaranya perluasan lahan, rehabilitasi tanaman, pengutuhan maupun pengembalian tegakan, pemeliharaan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, serta pengawalan pascapanen kopi.
"Semua upaya ini bertujuan meningkatkan produktivitas tanaman kopi di lereng Merapi," katanya.
Total produksi kopi di Sleman pada 2021 mencapai 754,70 kuintal, naik dibanding 2020 (754,3 kuintal). Produksi kopi jenis robusta pada 2021 mencapai 581,9 kuintal, sedangkan arabika 172,8 kuintal. Saat ini luas lahan budi daya kopi robusta mencapai 217,19 hektare dan arabika seluas 36,60 hektare. Sedangkan total luas panen tanaman kopi mencapai 158,28 hektare, terdiri dari arabika seluas 27,14 hektare dan robusta seluas 131,14 hektare.
Saat ini Pemkab Sleman didukung oleh Pemda DIY dan Kementerian Pertanian terus berupaya mendorong peningkatan produksi kopi di lereng Merapi. Salah satunya dengan Gerakan Tanam Kopi (Gertak) yang dilaksanakan beberapa waktu yang lalu di Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan.
Tahun ini Pemkab Sleman menyiapkan kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat untuk pengembangan budi daya tanaman kopi di lereng Merapi. “Semoga dengan langkah-langkah strategis yang disiapkan dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Sleman,” kata Danang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Jumat 22 November 2024: Di Kantor Kelurahan Godean
- Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 22 November 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal dan Tarif Tiket Bus Damri Titik Nol Malioboro Jogja ke Pantai Baron Gunungkidul Jumat 22 November 2024
- Jadwal dan Lokasi Bus SIM Keliling Kota Jogja Jumat 22 November 2024
Advertisement
Advertisement