Ojol Demo Menuntut Kenaikan Tarif, Pemda DIY: Wajar, Selama Ini Murah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Pemda DIY menilai tuntutan kenaikan tarif yang disampaikan driver ojek online (Ojol) selama beberapa hari terakhir tergolong wajar. Mengingat dalam penilaian sebagian besar pengguna, tarif ojol tergolong murah. Akibatnya driver tidak mendapatkan penghasilan yang memadai.
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menyatakan berdasarkan pengalaman pribadinya saat melakukan order ojol menggunakan aplikasi untuk membeli makanan, tarif yang diberikan dinilainya tergolong kecil. Kenyataan ini yang memungkinkan driver ojol menuntut adanya kenaikan tarif. Oleh karena itu, ia menilai wajar dengan tuntutan tersebut.
Advertisement
“Saya juga melihat sebagai pelanggan itu [tarifnya] tergolong murah, saya kira wajar ketika mereka [driver[ minta naik, dengan melihat pengalaman murahnya itu, [tuntutan] itu wajar,” katanya di Kompleks Kepatihan, Jumat (25/3/2022).
Sebelumnya ratusan driver melakukan demonstrasi di Kantor Grab Yogyakarta, di Ruko Casa Grande, Ringroad Utara, Kalurahan Maguwoharjo, Depok, Sleman Senin (21/3/2022) lalu. Mereka menuntut pengurangan jarak maksimal untuk tarif Rp6.400 dalam layanan Grab Food. Selain itu ongkos tersebut kadang masih harus terpotong untuk membayar parkir.
Aksi ojol pun terus melebar. Ribuan pengemudi ojol melakukan konvoi di Kota Jogja pada Kamis (24/4/2022) siang. Mereka menuntut perubahan tarif yang lebih layak bagi para driver. Ketua Paguyuban Gojek Driver Jogjakarta (Pagodja) Handriyanto meminta tarif yang lebih manusiawi. Mereka keberatan dengan tarif yang rentang harganya cukup signifikan dari yang ditetapkan pemerintah.
Baca juga: Kantor Grab Jogja Digeruduk Ratusan Ojol, Ini Penyebabnya
Baskara Aji yang juga sering menggunakan layanan aplikasi tersebut terutama untuk memesan makanan, saat ia melihat kadang harga atau ongkos kirim sangat murah. Bahkan yang mustinya Rp3.000 terpotong diskon hanya Rp1.000.
“Kalau saya misalnya Go Food atau Grab Food itu sangat kecil, kadang-kadang di bawah harga aplikasi. Misal mestinya Rp3.000 yang untuk ongkir, itu kadang cuma Rp1.000. Saya enggak tahu persis mekanismenya di sana [perusahaan itu seperti apa] Rp1.000 apakah yang diterimakan ojolnya atau memang ada subsidi dari aplikasi,” ucapnya.
Karena tarif yang tergolong kecil itulah, driver kemudian menuntut kepada pihak perusahaan penyedia aplikasi agar menaikkan tarif. “Tapi kalau melihat harga aplikasinya saja Rp3.000 rupiah saya kira wajar teman-teman pengemudi atau ojol ini minta tambahan ongkos,” katanya.
Ia berharap persoalan itu bisa mendapatkan solusi dengan perusahaan terkait. Sehingga perlu dikomunikasikan dengan baik sehingga tidak ada dampak sosial di tengah masyarakat. Aji mengatakan, tarif bisa saja dinaikkan dengan dibebankan kepada pemakai. Karena para pengguna sendiri nantinya yang akan memilih.
“Itu semestinya bisa dikurangkan pada aplikasi atau dibebankan kepada pemakai. Kan itu pilihan saja, kalau orang merasa mahal ya enggak beli kan, kalau merasa mahal jauh ya kita cari yang dekat. Tapi kalau pengemudi kemudian mendapatkan bagian sangat sedikit, ya kasihan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hari Ini Kejagung Kembali Periksa 5 Saksi dalam Kasus Impor Gula di Kemendag
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Diduga Ngebut, Kawasaki Z250 Tabrak Motor dan Mobil Parkir, Pengendara Luka-luka
- Kunjungi Pasar Prawirotaman, Mendag Pastikan Harga Minyakita Turun Pekan Ini
- Antisipasi Kecurangan Jelang Nataru, Mendag Budi Santoso Bakal Cek SPBU Seluruh Indonesia
- Gandeng PT Pos, KPU Gunungkidul Mulai Distribusikan 1.355 Boks Logistik Pilkada
- Pemda DIY Gelar Kelana Humas, Branding Sumbu Filosofi Lewat Lensa Kreatif Generasi Muda
Advertisement
Advertisement