Advertisement

Promo Desember

Harga Migor Mahal, Buruh di Jogja Semakin Menderita

Sirojul Khafid
Senin, 04 April 2022 - 20:07 WIB
Bhekti Suryani
Harga Migor Mahal, Buruh di Jogja Semakin Menderita Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-- Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minyak goreng membuat defisit antara pendapatan dan pengeluaran buruh di DIY semakin tinggi. Sekjen DPD Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) DIY, Irsyad Ade Irawan, mengatakan, sejak awal buruh selalu menolak kenaikan harga, terlebih pada kebutuhan yang sifatnya fundamental seperti BBM dan minyak goreng.

"Pada faktanya, pemerintah ini melulu menyerahkan harga pada pasar. Kemarin minyak goreng langka, kemudian harga diserahkan pasar, sekarang melonjak, dan melimpah ruah. BBM juga sama, alasannya karena perang Rusia-Ukraina, semua diserahkan pasar," kata Irsyad, Senin (4/4/2022).

Advertisement

Apabila mekanisme ini terus-menerus dibiarkan, maka kalangan buruh dan pekerja tidak cukup kuat menghadapi gejolak pasar yang susaj ditebak. "Di DIY upah buruh sangat murah. Kalau secara provinsi, sekarang nomor dua termurah di Indonesia. Tentu kenaikan harga BBM ini sangat merugikan. Bayangkan saja, berapa defisit buruh setiap bulannya," katanya.

BACA JUGA: Pelajar Jogja Meninggal Akibat Klithih, Korban Dibuntuti saat Beli Makan Sahur  

Dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY yang kini berada di angka Rp1.840.915, berdasarkan hasil survei pada Oktober 2021 silam, defisit sudah terjadi. Dengan naiknya dua komoditas ini, maka defiist semakin lebar.

"Kalau ditambah harga BBM dan minyak goreng naik, maka ekonomi buruh di DIY semakin lemah saat masuk Ramadan dan jelang hari raya Idulfitri," kata Irsyad.

Pada dasarnya, lanjut Irsyad, kalangan buruh tidak meminta peningkatan upah yang terlampau tinggi. Hanya saja KSPSI berharap besaran yang ditetapkan setiap tahun benar-benar cukup untuk menopang biaya hidup.

"Upah tidak gede tidak masalah. Sepanjang, upah itu cukup untuk mencukupi kebutuhan pokok. Di DIY ini, masalahnya upah murah, tapi harga tidak terkendali. Tidak hanya BBM, tapi juga perumahan," katanya.

"Jadi ini semakin menunjukkan, bahwa kebijakan terkait pengupahan itu tidak mampu menghadapi kenaikan harga BBM, maupun kebutuhan lain," kata Irsyad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Presiden Prabowo Minta Penyelenggaraan Haji 2025 Digelar Transparan

News
| Selasa, 10 Desember 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Habiskan 60 Kambing per Hari Selama Libur Akhir Tahun, Ini Harga Porsi Sate Klathak Pak Pong

Wisata
| Sabtu, 07 Desember 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement