Advertisement

Disbud DIY Gelar Kompetisi Sengkalan 1956 Tingkat Nasional

Media Digital
Sabtu, 04 Juni 2022 - 04:27 WIB
Budi Cahyana
Disbud DIY Gelar Kompetisi Sengkalan 1956 Tingkat Nasional Kasi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY Setya Amrih Prasaja (kanan) dan Koordinator Sayembara Penulisan Serat Tingkat Nasional Disbud DIY Hayu Avang Darmawan. - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kebudayaan DIY menggelar kompetisi Sengkalan 1956 tingkat nasional. Kompetisi mengangkat tema Aksara Jawa Anjayeng Bawana ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan aksara Jawa di tengah masyarakat.Koordinator Kompetisi Sengkalan 1956 Tingkat Nasional Disbud DIY Hayu Avang Darmawan menjelaskan kompetisi Sengkalan tingkat nasional ini mengangkat tema Aksara Jawa Anjayeng Bawana.

Angka tahun yang dibuat Sengkalan adalah 1956 atau dikenal dengan istilah Surya sengkala. Hasil karya dalam bentuk gambar dua dimensi. Pembuatan karya dapat dikerjakan secara manual dan digital atau menggunakan aplikasi software. Kemudian setiap karya disertai narasi penjelasan tentang makna Sengkalan Memet. Pengiriman ke laman https://kongresaksarajawa.id/sayembara.

Advertisement

"Karya digital dikirim softfile, kalau karya manual difoto kemudian dikirim soft file. Harus hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan," katanya Jumat (3/5/2022).

Karya Sengkalan paling lambat dikirim 31 Agustus 2022, karya yang dikirim menjadi hak milik Dinas Kebudayaan DIY. Kriteria penilaian terdiri atas keindahan, keterkaitan gambar dengan aksara. Kemudian keterkaitan gambar-aksara dengan tema dan ketepatan bentuk aksara Jawa.

"Pembuatannya dikerjakan satu orang, untuk digitalnya agak ditoleransi, misalnya peserta menggambar dengan tangan kemudian difoto atau discan lalu dikirimkan ke link laman kongres aksara Jawa," ujarnya.

Sengkalan dari hasil gambar yang memiliki makna seperti susunan angka.  Seperti di Kraton Ngayogyakarta ada Dwi naga rasa tunggal atau dua naga bersatu rasa, merupakan Sengkalan Memet bergambar naga. Angka ini menggambarkan berdirinya Kraton Ngayogyakarta. Pada zaman dahulu masyarakat Jawa sering membuat Sengkalan usai melakukan pembangunan. Misalnya membuat Sengkalan setelah membangun balai desa atau gapura hingga jembatan.

"Sengkalan ini ada dua Sengkalan lamba merupakan susunan kata kata lalu dibuat dalam wujud gambar ini disebut Sengkalan Memet yang kami lombakan. Biasanya dibuat Sengkalan lamba dulu untuk disusun menjadi wujud visual gambar," katanya.

Kasi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY Setya Amrih Prasaja mengatakan pada kompetisi Sengkalan 2021 digelar masih tingkat DIY dengan jumlah 39 karya yang masuk. Pada tahun ini berusaha dinaikkan ke tingkat nasional agar daerah dan kota lain di seluruh Indonesia bisa mengikutinya.

Sasaran dari kompetisi ini adalah masyarakat umum, pada 2021 pun banyak yang mendaftar sebagai peserta. "Kami terbuka untuk masyarakat umum yang memiliki passion menggambar dan beraksara Jawa untuk bisa ikut dengan kompetisi ini," ujarnya.

Hak kekayaan intelektual tetap melekat kepada milik peserta. Akan tetapi nantinya ada perjanjian dengan Disbud DIY terkait penggunaan hasil karya itu bagi pemenang. Misalnya nanti karya tersebut digunakan untuk pameran, tetapi karya itu tetap milik peserta yang menang tersebut.

Kemampuan dalam membuat Sengkalan nanti akan diuji ketajamannya. Karena tidak hanya sekedar mampu beraksara Jawa dan menciptakan kata yang tepat dan menarik, namun juga harus memiliki kemampuan desain grafis untuk membuat Sengkalan tersebut menjadi menarik hingga kemampuan filsafat Jawa. Di Sengkalan ini meskipun berbentuk gambar tetapi harus ada konten kalimat atau kata dalam bentuk aksara Jawa.

"Gambarnya bebas, kalau dulu ada style seperti logo, ada juga yang model lukisan bercerita, ada dua orang berjabat tangan, selain itu ada yang modelnya seperti komik satu frame penuh," jelasnya.

Dalam penjurian akan ada dua babak, yaitu pertama seleksi terkait kesesuaian dengan tema. Tahap kedua peserta yang mengirimkan karya akan dipilih sepuluh karya untuk dipanggil wawancara dengan juri. Peserta harus dapat mempertanggungjawabkan Sengkalan yang dibuat tersebut. Selanjutnya dewan juri akan menetapkan lima karya terbaik sebagai juara pertama, kedua dan ketiga serta juara harapan satu dan harapan kedua.

"Peserta ini di tahapan kedua harus mempertanggungjawabkan karyanya, jangan sampai ini karya orang lain diikutkan. Setiap coretan dalam membuat gambar Sengkalan itu harus mengandung makna filosofis," katanya.

Ia berharap melalui kompetisi Sengkalan ini dapat meningkatkan ketertarikan pemuda milenial dalam beraksara Jawa. Menurutnya, selama ini ada pemahaman masyarakat terkait aksara Jawa lebih sering dikaitkan dengan generasi tua. Padahal saat ini sudah mulai ada tren penggunaan aksara Jawa dalam menulis unggahan di medsos di kalangan milenial.

"Ada anggapan di kalangan kasepuhan bahwa yang menguasai aksara Jawa itu hanya mereka, padahal kenyataan saat ini kalangan muda sudah banyak menggunakan tulisan aksara Jawa di medsos mereka," ungkapnya.

Amrih berharap melalui kompetisi Sengkalan ini harapan aksara Jawa lebih memasyarakat lagi dan makin banyak digunakan. "Kami ingin aksara Jawa ini semakin banyak digunakan, sekarang anak muda sudah mulai banyak memakainya di medsos," katanya. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement