Advertisement
Hampir Seribu Ternak di Sleman Terpapar PMK
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman mencatat sebanyak 908 hewan ternak terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dari jumlah tersebut 882 ekor suspek dan 26 ekor terkonfirmasi positif PMK.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DP3 Sleman Sri Rahayu Saddyahsih Nawang Wulan mengatakan dari 908 kasus hewan ternak yang terpapar PMK sebanyak 897 ekor masih sakit dan dalam proses penyembuhan, 3 ekor ternak mati dan delapan ekor lainnya dinyatakan sembuh.
Advertisement
Hewan ternak yang berstatus suspek PMK, kata Nawang, selama mengalami gejala PMK dinyatakan positif PMK meskipun belum diuji tes PCR PMK di Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates. Hewan ternak yang berstatus suspek tersebut untuk penanganannya diperlakukan sama dengan yang positif PMK. Tujuannya untuk mencegah perluasan kasus.
BACA JUGA: Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-106: Makin Kacau! Pasukan Ukraina Dipaksa Mundur
"Sampai saat ini belum ada hewan ternak yang potong paksa. Ternak yang suspek memiliki ciri bergejala klinis kriteria berat. Misalnya air liurnya berlebihan, demam dan melepuh di bagian gusi dan lidah. Kami pisahkan dengan yang lain dan diberikan pengobatan," kata Nawang di Kantor Bupati Sleman, Kamis (9/6/2022).
Nawang mengatakan, keberadaan reagen di Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates terbatas sehingga ratusan hewan ternak tidak dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR. Sleman, katanya, hanya mendapat jatah 20 kali tes sejak PMK merebak. "Kami memaklumi keterbatasn ini karena BBVet tidak hanya menangani DIY tetapi juga sebagian Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, bahkan Lampung," katanya.
Sebagai gantinya, kata Nawang, hewan yang positif dan berstatus suspek PMK tetap mendapatkan pengobatan. Sayangnya, stok obat pengurang rasa sakit dan demam saat ini menipis. Dinas juga tetap melakukan penyemprotan disinfeksi di kandang secara rutin. "Radius penyebaran infeksi PMK ini bisa mencapai 10 km. Penularsnnya bisa cepat karena menyebar lewat udara," katanya.
Di Sleman, lanjut Nawang, kasus PMK ditemukan di 12 kapanewon. Meliputi, Kapanewon Moyudan, Gamping, Tempel, Mlati, Sleman, Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Cangkringan, Berbah, Prambanan, dan Kalasan. "Banyak kasus PMK yang kami temukan karena sejumlah faktor. Salah satunya, kami gencar melakukan pemeriksaan hewan ternak sehingga ditemukan banyak kasus PMK," katanya.
Kecepatan respons dan penelusuran oleh petugas teknis kesehatan hewan, lanjut Nawang juga didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia dan pusat kesehatan hewan. Karenanya, Pemkab terus berupaya melakukan penanganan PMK. Koordinasi dengan sejumlah pihak terus dilakukan.
Mulai dengan UPTD Balai Penyuluhan Pertanian, Pangan dan Perikanan, UPTD Pelayanan Kesehatan Hewan , UPTD Pasar Hewan (RPH), Rumah Potong Hewan dan Pusat Kesehatan Hewan. "Selain sinergi antar instansi, partisipasi dan peran serta dari pemilik ternak juga ini yang menyebabkan banyak kasus PMK yang ditemukan," kata Nawang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement