Advertisement
Sleman Tak Buru-Buru Meregrouping Sekolah, Ini Alasannya..

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Berbeda dengan kabupaten lainnya di DIY, Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman tidak akan buru-buru mengambil keputusan untuk meregrouping sekolah-sekolah yang kekurangan siswa. Pasalnya, kebijakan menyatukan sekolah harus dilihat dari berbagai aspek dan bukan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) saja.
Sekretaris Disdik Sleman Sri Adi Marsanto mengatakan instansinya belum mengeluarkan kebijakan meregrouping sekolah-sekolah yang minim siswa. Apalagi, jika alasannya hanya pada hasil PPDB tahun ini. "Kami minta kegiatan belajar mengajar tetap berjalan meskipun mendapat 4 siswa baru. Meski ada 23 sekolah yang kekurangan siswa, tapi kami tetap minta KBM jalan," katanya, Kamis (21/7/2022).
Advertisement
Dia menjelaskan, regrouping sekolah tidak hanya melihat dari sisi jumlah PPDB baru tetapi didasarkan pada banyak pertimbangan. Mulai dari sumder daya manusianya hingga masalah teknis lainnya. Koordinasi meregrouping sekolah juga melibatkan perangkat hingga tingkat padukuhan. "Misalnya di SDN Banyurejo dengan empat siswa baru, tetap jalan KBM-nya. Kami pernah melakukan regrouping 4-5 tahun lalu, itupun hanya dua sekolah saja," katanya.
Baca juga: Tiga Tahun Berturut-turut Sekolah di Bantul Kekurangan Murid, Siap-Siap Digabung
Dijelaskan Sri, kekurangan siswa tersebut bukan menunjukkan sekolah tersebut kualitas pendidikannya jelek. Bisa jadi, sekolah tersebut kekurangan siswa karena usia anak sekolah di lingkungannya memang sedikit. "Kami juga melihat data kependudukan. Selain itu orang tua yang menyekolahkan anaknya ke jenjang SD swasta juga mungkin malah meningkat atau lebih tinggi," katanya.
Sekadar diketahui, Disdik mencatat ada sembilan SD Negeri yang pendaftarnya di bawah sepuluh pada PPDB 2022. Sembilan sekolah yang pendaftarnya di bawah sepuluh siswa di antaranya, SD Negeri Cangkringan 1 pendaftarnya empat anak, SD Negeri Banyurejo 4 pendaftarnya 2 anak, SD Negeri Banyurejo 2 pendaftarnya 6 anak.
Baca juga: Pemkot Jogja Dorong Koperasi Konvensional Beralih ke Modern
Kepala SDN Nolobangsan, Gowok, Caturtunggal, Kapanewon Depok, Sri Dentari Dwi Maryuni mengakui masalah regrouping dua sekolah bukan perkara mudah. Hal itu salah satunya menyangkut nasib pengajar sekolah yang digabung. "Ya itu salah satu persoalannya. Namun kami tetap mengikuti kebijakan Dinas, sebab kebijakan dinas tentu melalui berbagai kajian," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Unjuk Rasa Pemuda Maroko, Tuntut Pembebasan Demonstran Gerakan GenZ
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Dugaan Pemerkosaan Siswi SMK di Bantul Naik ke Tahap Penyidikan
- Ada Promo! Harga Tiket Masuk Kids Fun Lebih Murah Sepanjang Oktober
- Tak Hanya ASN, Pemkab Bantul Ajak Warga Miskin Gabung KDMP
- Glagah Tropicolorun Sukses, Dispar Catat Peningkatan Kunjungan
- Buruh DIY Desak Revisi UU Ketenagakerjaan Berperspektif Gender
Advertisement
Advertisement